Archive for the ‘klien’ Tag
Apa saja faktor yang menentukan harga desain? profesionalisme? lamanya pengerjaan? banyaknya permintaan klien? Bagaimana dengan maraknya jasa desain online yang murah?
Augusty Katherina
Selamat Sore Pak Rustan..
Ngobrol lg ya pak..
Saya masih dibingungkan dengan bagaimana untuk mematok harga desain. Apa saja yg mendasari penentuan harga desain. apakah profesionalisme /lamanya pengerjaan /banyaknya permintaan klien /…..
Saya masih mengerjakan proyek sebelumnya, pertama klien minta desain kemasan kopi kemudian nambah lagi (stiker, banner, spanduk, seragam, table menu, tshirt utk gift) utk keperluan kafenya.
dan saya blm menentukan harga, terus terang pak saya masih bingung soal harga desain. saya takut kerendahan /ketinggian ngasi harga. Tp saya jg pengen desain saya dihargai. krn saya jg kerjakan melalui proses berpikir.
Saya pernah searching ttg harga desain, kmdian saya ceritakan kpd teman saya dan dia blg “itu yg sdh profesional kali”. Memang bs diblg saya blm ckp berpengalaman, tp setiap mendesain saya selalu kerjakan dgn dedikasi. dan menjlnkan proses desain (riset, analisis, brainstorming, desain). Saya tdk ingin disamakan dgn “tukang desain” (desain tanpa berpikir).
Sblm klien saya mempercayakan saya utk mendesain, dia pernah memperlihatkan desain yg tlh dibuat sblmnya oleh desainer lain(yg sdh bekerja diperusahaan desain), namun desainnya sgt mengecewakan klien, saat saya lht jg desainnya terlihat tdk “baik”.
Dlm menentukan harga saya jg tdk mau dilemahkan dgn kata ‘blm profesionalisme’. Dan bagaimana bila klien sgt puas dgn desainnya.
Lalu mnrt pak Rustan bagaimana?
Ada rumus harga desain ga pak? π
Sebelumnya terimakasih pak sudah mau berbagi.
God Bless.
surianto rustan
Halo Katherina,
mohon maaf baru bisa balas sekarang,
Mengenai harga desain, ini saya paste cuplikan2 hsl saya diwawancara oleh teman2 lain ttg topik yg sama mudah2an bisa membantu:
8. Saya kan seorang calon desainer, dan dalam perjalanan desain saya cukup banyak order yang masuk. Sampai sekarang saya masih bingung
bagaimana saya memberikan tarif harga. Saya bimbang, apakah saya harus memberikan tarif harga pada umumnya, atau pasrah saya jika penawaran rendah (setidaknya lumayan dapat pengalaman dan portfolio)? Dulu pengalaman bapak bagaimana?
Dulu saya juga dibayar rendah koq. Maklumlah, masih kuliah atau baru lulus kuliah, punya pengalaman kerja apa? Paling2 portfolio yg kita
tunjukkan pada klien adalah tugas2 kuliah, bukan real project. Nah yg perlu diingat adalah: profit seorang desainer tidak hanya berupa uang, tapi sangat penting juga: pengalaman (pengalaman mendesain agar makin mahir, pengalaman menghadapi klien, dll), portfolio, link / relasi (mendapat channel / relasi2 bisnis yang baru), promosi (apabila karya kita bagus dan klien senang, mungkin dia akan umumkan ke teman2nya mouth to mouth, ini jadi promosi gratis buat kita), berkah & doa (apabila klien senang dan merasa terbantu, maka ia akan berterima kasih pada kita dan mungkin mendoakan kita), bukankah semua ini profit yang luar biasa?
Untuk seorang pemula, cara menghitung harga desain bisa berdasarkan man-hours atau man-days. perkirakan berapa lama waktu yg dibutuhkan utk mengerjakan desain tersebut, kalikan dengan harga perjam atau perharinya. sedangkan harga perjam atau perharinya dihitung dari ongkos2 yang dikeluarkan untuk mengerjakannya (listrik, internet, komputer, uang kost, makan, minum, transport ke kantor klien, dll)
dalam sehari / sejam. maka nanti akan ketemu perkiraan harganya.
Apabila kamu sudah 5 tahun kerja, portfolio dan link sudah banyak, barulah silahkan tambahkan harga personal-mu, berdasarkan seberapa
besar personal brandingmu.
10. Dan dalam penentuan masalah tarif harga, bagaimana perubahan patokan tarif harga dari seorang desainer pemula sampai menjadi
seorang desainer yang terkenal seperti bapak ini?
Aduh, saya masih amatiran gini koq. mengenai tarif, ya itu tadi, setahun bekerja, 5 tahun bekerja, 10 tahun, 20 tahun, pasti seharusnya
tambah mahal, kan portfolio & list klien sudah panjang. Nah kalo saya harga saya naikkan begitu saya mengajar jadi dosen, pas buku-buku saya terbit, bergabung dalam komunitas desainer grafis, dan sejak menjadi pembicara, dll. karena semua itu menjadi bargaining power kita / jd punya kekuatan atas harga. cara lain adalah: memenangkan kompetisi desain, punya klien perusahaan besar, menjadi juri lomba desain, dll.
12. Bagaimana saran bapak dalam menangani customer yang banyak maunya, tapi menaruh harga patokan yang sangat rendah? saya masih sangat bingung dalam menego harga, tapi tetap ingin memberikan kesan baik pada customer.
Nah untuk itulah kita sebagai desainer harus kenal apa itu desain grafis, apa bedanya dengan hiasan / dekorasi semata, kenapa harganya tidak murah, mengapa harus riset, bagaimana tahapan kerja mendesain, dll. Desainer itu kalau mau dihargai (termasuk dihargai karyanya) pertama-tama harus menghargai dirinya dulu, dengan apa? dengan baca, mempelajari, cari tau siapa dirinya sendiri, apa kekuatan saya, di
mana kelemahan saya, dll. Jadi pertama2 sebelum minta dihargai, tolong hargai diri sendiri dulu.
Kedua, harus tau mengapa klien dan masyarakat bisa berpikiran begitu terhadap desain, mengapa mereka menawar serendah2nya, apa sebabnya? apakah cara komunikasi saya yang kurang baik? apa penampilan saya kurang meyakinkan? apa saya sudah berbicara dengan cara pandang si klien? atau saya masih menganggap klien juga tau desain? apakah saya dapat menerangkan apa itu desain grafis kepadanya? dll.
Utk klien yg cerewet, saya memandangnya sebagai sasaran edukasi saya, ini dia org yg tepat utk di edukasi mengenai desain grafis, tentunya
dengan cara2 yg sopan & tidak menggurui. Bila ia tetap tidak mau mengerti ya sudah terima saja perlakuannya tapi dengan tanpa
menurunkan harga saya, tinggal dia mau terima atau tidak. apabila tidak, ya mungkin ia cukup dengan desain yg kualitasnya yg lebih
rendah, kan memang ada kelas2 desainer dan target grupnya sendiri. Toh jodoh & rejeki di tangan Tuhan. Daripada saya menurunkan harga (nanti desainer lain marah / yg paling buruk: profesi desainer grafis jadi mati), lebih baik saya bertahan. Biasanya sih kalau 1 klien ga jadi, 3
klien gol.
8. bagaimana cara bapak untuk menghargai (memberi harga) karya yang sudah bapak ciptakan?
Tentunya saya menghitung dulu basic resource yang saya pakai untuk membuat proyek tsb, yaitu waktu, uang, tenaga, tenaga lain yang saya
kontrak, + biaya produksi (kalau termasuk dalam kontrak), setelah itu saya tambahkan presentasi tertentu sesuai dengan brand value saya saat
ini. Tapi tidak tertutup kemungkinan hal-hal lain juga masuk dalam perhitungan, misalnya: tingkat kesulitan pekerjaan yang sangat tinggi,
besar-kecilnya perusahaan / banyak-sedikitnya produk, jauh-dekatnya klien (transportasi), dll.
Saya juga menyarankan kamu untuk membaca2 website saya di bagian learning, karena semua wawancara dan tanya jawab dengan teman2 lain ada di situ, untuk melengkapi pertanyaanmu soal tarif desain.
http://www.suriantorustan.com/en/learning/
atau bisa juga ke klinikonsultasi di blog saya:
https://surianto.wordpress.com/category/klinikonsultasi-2/
Nah, seandainya setelah baca2 masih bingung dan ada yg mau ditanyakan soal tarif, jangan sungkan2 tanya lagi ya.
Suxeselalu!
Augusty Katherina
Terimakasih pak Rustan..
Saya pelajari dulu pencerahan dr pak Rus, sambil ngitung2 hehe…
Skrg saya mo nanya tentang maraknya jasa desain yg ditawarkan dengan harga murah bahkan yg nerima online jg semakin banyak. Menurut pak Rus gimana ttg hal ini?
Suxes jg pak π
surianto rustan
yah itu tidak dapat dielakkan, pada akhirnya memang ada kelas2 desainer, ada yang kelas 50rb, ada yg kelas 500rb, ada yg kelas 1 juta, 5 juta, 10 juta, 100 juta, 1 M, dll.
desainer tidak bisa hanya menguntungkan dirinya sendiri dan keluarganya saja, tapi berkaitan dengan seluruh desainer lain. satu orang mematikan harga maka terjadilah perang harga murah2an sampai gratis.
Desainer sepantasnya meningkatkan kualitas pribadi dan kualitas karyanya, tidak hanya cari uang cepat. kalau kualitas dirinya baik, belajar terus, belajar komunikasi yang baik, cara bicara dengan klien, cara bisnis yang baik, belajar marketing, belajar bahasa asing, memperdalam pengetahuan tentang desain, bergaul dengan desainer lain sampai ke luar negeri, maka kita tidak perlu berebut sepotong kue lokal, tapi bisa bikin sendiri kue sebesar yang kita mau yang lingkupnya internasional. pasar tidak cuma di Indonesia, tapi juga di luar negeri. mengapa tidak
berani? karena minder, tidak bisa bahasa inggris, mengapa pengetahuan desainnya sedikit? karena tidak bisa bahasa inggris, sedangkan buku2
desain (wong asal ilmunya dari Eropa) rata2 berbahasa Inggris. tidak pede? minder? itu karena tidak mau belajar, bukan karena kemampuan
otaknya yang terbatas. orang yang tidak begitu cerdas bisa jadi mahir sekali karena rajin belajar.
jadi perdebatan yang selama ini kita dengar tentang adu murah harga di dalam negeri, itu sikut2an sendiri antara pihak2 yang mungkin minder karena tidak meningkatkan kualitas dirinya sendiri dan karyanya. kemajuan desain grafis negara ini semua ada di tangan para pelakunya sendiri.
lebih jauh lagi silahkan baca artikel tanya jawab yg ada di website & blog saya, sudah sering sekali hal ini dibicarakan & didiskusikan,
jangan sampai ketinggalan berita, jadi silahkan disharekan ke sebanyak2nya teman agar makin banyak orang mengerti.
Daaaaaa..
Bagaimana membuat layout yang berkesan simpel namun fun tapi cuma pakai warna merah, putih, hitam.
Dimas yusmana
sore pak
maaf ganggu
saya dimas mahasiswa yang sedang bikin tugas akhir mau bertanya seputar layout
untuk memberikan kesan simpel tp jga ada fun nya dalam sebuah layout booklet gmana carany ya pak, tp cma hanya menggunakan wrna merah putih hitam saja pak
terima kasih
surianto rustan
Halo Mas Dimas,
Mohon maaf sekali baru mengabarkan hari ini,
mengenai layout:
semua pekerjaan desain tidak berdasarkan style (style yg humor itu begini, style yg simpel ini begitu, style yg serius itu begini, dll).
desain harus dilandasi oleh problem. problemnya apa? problem ini harus dikumpulkan dulu. problem yaitu:
siapa si klien? apa produknya? siapa audiens-nya? apa yg mau disampaikan? dll.
6W+1H: what, who, whom, when, where, why + how..
Soalnya kalau dilandasi oleh style (style yg humor itu begini, style yg simpel ini begitu, dll) jadinya seperti template. bahayanya pakai template: keserupaan. keserupaan adalah musuhnya desain. desain murah gara2 ini, gara2 template. mungkin di level tertentu template bisa digunakan, tapi tidak di semua level desain. misalnya akan gawat sekali kalau starbucks pakai logo bergambar cangkir kopi karena kecenderungan template adalah menggambarkan bidang usahanya. nanti starbucks logonya akan serupa dengan kopi bengawan solo, dengan kopitiam, dengan excelso, dll.
makanya itu selalulah mendesain dengan berlandaskan problem: siapa klien, siapa audiens, apa produknya, dll, dll. dengan demikian hasilnya: klien A (problem A), solusi desainnya A, klien B, solusi desainnya B. tidak mungkin desain A merupakan solusi bagi A, B, C, D, dll.
krn problem tiap klien beda2, kepribadian klien juga beda2.
ngomong2 soal kepribadian, seperti halnya logo, semua desain itu spt wajah manusia = tidak ada yg sama. kalaupun style humor cocok utk
klien A, B, C, tapi mana ada selera humor orang yang sama? ada yg cocok dengan gaya Tukul, ada yg cocok dengan gaya Olga, ada yg cocoknya gaya humor stand-up comedy, dll.
Ini menekankan bahwa kalau berlandaskan style / gaya, maka jatuhnya ke komoditi, pukul rata semua. jadi berproseslah berdasarkan jatidiri
klien, tujuan, 6W1H.
Nah, kalau boleh tahu, siapa kliennya? tujuannya? 6W1H-nya? Apa sudah bikin creative brief?
Untuk lebih jelasnya, silahkan melihat2 kumpulan artikel tanya jawab
saya dengan teman2 lain di:
http://www.suriantorustan.com/en/learning/
atau di blog saya:
https://surianto.wordpress.com/category/klinikonsultasi-2/
Sementara sekian dulu Mas Dimas yang setahu saya.
Apakah logo seharusnya dibuat berdasarkan kemauan pelanggan?
Yayat wrote:
Halo mas Rustan,
Nama saya Yayat. Saya mahasiswa tingkat akhir, untuk kelulusan saya membuat logo untuk klien asli.
Saya tidak dibayar untuk ini dan klien juga tidak boleh menggunakan logo saya.
Nama klien saya adalaha CV. Anamora. CV. Anamora itu penjahit seragam khusus polisi atau security.
Masalah yang dihadapi CV. Anamora adalaha banyaknya usaha sejenis yang beroprasi disekitar tokonya, maklum mas tokonya berdiri di depan marks Brimob kelapa dua.
Karena saking banyaknya target market berfikir semua tukang jahit sama.
Untuk itu saya merancang logo yang membuat CV. Anamora mempunyai citra yang berbeda.
Dengan cara menanamkan citra sebagai penjahit yang tidak hanya menjahit seragam kepolisian tapi juga memberikan penghargaan
dalam bentuk jahitannya.
Saat sidang dosen saya bilang logo saya kurang baik karena tidak dibuat berdasarkan kemauan pelanggan.
Lalu saya menjawab saya mendesiain logo sesuai kebutuhan klien bukan kemauan pelanggan.
Apakah saya salah merancang logo seperti itu? bagaimana menurut mas?
Saya tunggu balasannya ya. Karena saya benar-benar ingin menjadi desainer handal seperti mas Rustan,
saya perlu tahu apakah cara saya sudah benar.
__________
Halo Mas Yayat,
Diluar hasil visualisasi logo yang Anda buat, saya setuju dengan pendapat Mas bahwa logo memang seharusnya dibuat sesuai dengan kebutuhan klien. lebih tepatnya sbb: desain adalah penciptaan solusi terhadap suatu masalah. Nah, masalah yg ada adalah: banyak usaha yg serupa di lokasi tsb. mungkin dg harga yg serupa, pelayanan serupa, dll. utk yg seperti itu saya mengistilahkannya dengan ‘komoditi’.
Karena semuanya serupa, maka faktor apa yg menjadi pilihan konsumen? Yak, betul! Harga! pembeli tinggal cari toko yg harganya paling murah. Hal ini akan menciptakan perang harga. Main murah-murahan. Konsumen makin senang, tapi sebetulnya perang harga ini merugikan kedua belah pihak. krn apa? supaya murah, maka efisiensi produksi dijalankan, kalo efisiensi sudah mentok, maka kualitas diturunkan, misalnya dengan bahan kualitas rendah, bahan dikurangi, jahitan kurang baik,
asal cepat dan murah, dll. Akhirnya konsumen dapat harga murah tapi kualitas rendah, pedagang dapat uang sedikit dan ditinggalkan konsumen, dst.
Ini masih di sektor industri ringan, mau lihat contoh sektor penting yg kena wabah komoditi? Maskapai penerbangan. beberapa tahun yg lalu mereka perang harga dan akibatnya fatal! banyak kapal jatuh dan nyawa hilang!
Jadi komoditi itu berbahaya.
Nah, solusi Anda terhadap hal itu adalah dari segi visual desain (di dlm branding, istilahnya: brand identity). menurut saya solusi Anda ini sudah tepat, dan ini bisa dilengkapi lagi dengan solusi branding yg lain, misalnya komunikasi (iklan), program marketing yang inovatif (misalnya memanfaatkan social media), dll.
Apalagi Anda telah memberi value thd CV Anamora tsb: “Dengan cara menanamkan citra sebagai penjahit yang tidak hanya menjahit seragam kepolisian tapi juga memberikan penghargaan dalam bentuk jahitannya”. ini istilah marketingnya: “positioning”. Ini yg jadi pembeda dari pedagang2 serupa lainnya. Ini yang bisa melawan komoditi, yaitu dengan menjadi “branded”. jadi “komoditi” hrs dilawan dengan “branding”.
Nah lalu mengenai pendapat dosen yg mengatakan bahwa: “tidak membuat berdasarkan kemauan pelanggan”, saya bahas sbb: di level produk, riset pelanggan adalah yg utama, bagaimana mereka menggunakan produk tsb, kapan, sebaiknya harganya berapa, bentuk produknya gimana, dll. kan kalo dipakenya ga enak ya ga asik, kan kalo kemahalan ya ga dibeli orang, dll.
Sedangkan fokus kamu ada di area brand identity (dlm hal ini logo), bukan di area produknya, tetapi di area identitasnya. di area ini riset pelanggan tetap diperlukan, tetapi yang diriset bukannya: pelanggan sukanya logo seperti apa, menurut pelanggan logo yg bagus itu yg seperti apa, dll. Pelanggan bukan desainer! Yang diriset adalah kecenderungan umum pelanggan: contohnya: area tempat tinggalnya, usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikannya, kebiasaan belanja, media2 yg digunakannya, dll. hasil riset tsb dianalisa oleh desainer lalu dicarikan strategi yg paling tepat utk bikin logonya, iklannya, dll. jadi solusi itu dari desainer, bukan dari pelanggan, maupun klien.
Logo itu “wajah” dari brand.
coba lihat analogi ini: kamu jalan2 di pasar, trus orang2 yg ga kenal kamu apa bisa nebak kamu org desain apa bukan. apakah wajahmu itu wajah desain? ato ada wajah tukang sayur? ato ada wajah tukang jamu? wajah itu faktor terpentingnya cuma satu: UNIK. unik bukan terjemahan bhs Indonesia yg berarti bagus, tapi unik yg berarti: berbeda dengan yang lain. itu saja. logo toko coklat tidak harus selalu berwarna coklat, logo tukang ban tidak hrs selalu bulat, logo showroom mobil tidak harus selalu ada gambar mobilnya. kalau logo harus selalu menggmbarkan pekerjaannya kita akan kembali terjun ke lembah KOMODITI. semua logo tukang coklat adalah coklat, semua logo tukang ban bulat, dst. Jadi selain produknya komoditi, logonya juga bisa jadi komoditi, desainernya? juga bisa jadi komoditi!
Untuk melawannya maka harus branded, yaitu melalui keunikan tadi. visual yg unik, warna, bentuk yg unik, dll. dengan tetap mewakili kepribadian si entitasnya (dlm hal ini perusahaannya). kalau khawatir logonya tidak bisa berkomunikasi dengan audience, tenang saja, kan ada atribut branding yg lain yaitu: iklan, promosi, marketing, dll yg
memang mengkhususkan dirinya utk berkomunikasi sehingga audience ngerti siapa itu cv Anamora. tetapi logo memang fungsinya lebih kepada identifikasi saja. pembeda dengan yg lain, spt wajah manusia. krn itu kita sering menemukan logo yg kita ga tau apa artinya. mungkin makna itu hanya diketahui oleh si entitas dan desainernya saja. ya sah2 saja toh? (contoh: bakrie group, deutch bank, dll).
Sekali lagi bahwa desainer itu solution maker, jadi solusi seharusnya dari dirinya, bukan pelanggan / audience, bukan juga dari klien, walaupun riset thd kedua pihak tadi harus dalam, tapi hasil akhir ada di tangan desainer. Klien Anda profesinya bukan desainer, audience-nya juga bukan desainer. Anda lah desainernya.
Demikian Mas Yayat.
Salam suxeselalu, smg lancar studinya.
Gimana kalo ga ada perjanjian tertulis soal keterlambatan? Partner kerja telat terus? Klien yg ga teratur?
Malem pak,
____________________
Hmm.. seperti yg saya bilang Nez, surat tertulis itu adalah senjata super ampuh apabila terjadi hal2 yang tidak diinginkan, karena kedua pihak menandatanganinya (paling manjur di atas meterai), berarti keduanya setuju dan komit dengan apa yg telah dijanjikan. Yah hitung2 ini pelajaran, kan baru pertama kali, maklum saja lah. Apabila kamu juga menggunakan tenaga pihak ketiga, dlm hal ini temanmu, misalnya dia yg ngerjain ilustrasinya atau fotografinya, dll, maka bikin juga surat perjanjian ke pihak ketiga itu. jadi ga ada pihak manapun yang out-of-track dari project tersebut, sehingga memperlancar proses seluruh pekerjaan. Dengan surat perjanjian itu, temanmu tidak bisa telat, apabila telat kena ‘hukuman’ yg sdh tertera aturannya di surat perjanjian tsb. Jd surat perjanjian itulah senjata desainer, termasuk utk kasus2 spt klien yg ga teratur / selalu terlambat ngasih materi, logo yang kita bikin diubah2 oleh klien, penambahan2 fitur yg diminta menjelang dekat2 deadline, dll.
Untuk kali ini saya sarankan pake senjata lainnya, yaitu: komunikasi dan relasi yg baik dengan klien dan partner kerja / pihak ketiga. Desainer juga perlu belajar bagaimana bernegosiasi dengan pihak2 yang bekerja sama dengannya, siapapun itu, karena boleh dibilang tidak ada pekerjaan desain yang ditangani sendirian oleh desainer, semua butuh kerjasama dengan org lain, semua butuh komunikasi dan relasi.
Coba kamu bicara baik2 dengan kliennya mengenai deadline, mengenai tambahan2 yg dekat2 deadline, mengenai besarnya effort yg hrs
dilakukan kalo hal itu terjadi, mengenai repotnya kalo materi dikasihnya belakangan, krn semua jadwal jadi mundur juga, dan paling penting adalah: jelaskan bahwa yang rugi bukan kamu saja, tapi si klien sendiri. dia baru bisa terima desain jadinya jauh dari tanggal yg sebelumnya ditetapkan, jd dia lom bisa jualan kl desainnya belom ada, dll. Klien juga manusia, punya rasa punya hati, ough.. kayak lagu neh π umumnya mereka mau diajak negosiasi, apalagi kalau alasan kita sangat kuat dan tidak dibuat2, klien yang rasional pastinya mau terima koq, lagipula mereka sudah dapat harga murah kan dari kamu (kan belum pake harga desainer profesional), jadi kemungkinan besar mereka mau terima apa yg kamu katakan.
Gitu Nez, semoga berkenan atas jawaban yg super telat ini.
Salam suxes & belajar terusss. yakin pasti berhasil!
Mengapa master file desain sebaiknya tidak dikasih ke klien? Bagaimana kalau jadwal proyek telah lewat deadline? Apa kita masih minta bayaran?
Selamat malam pak,
Baru keinget mau nanya ke bapak sekarang, keburu kelupaan jadi emailnya sekarang deh pak hehe. Mau nanya nih pak jadinya gara2 ikut seminar kemaren yang bapak jd pembicaranya.
1) Kalo emang softcopy karya/pesanan klien ga boleh kita kasih, walopun itu temen ato sodara sendiri, alasan yang bisa kita kasih klo mereka nanya: “Kenapa ga boleh gw minta??” itu apa pak?? Apa alasannya juga karena kita mau mencoba menjadi profesional juga?
2) Kita dapet job, tapi kita udah lewat deadline. Molor bangetlah bisa dibilang. Nah, kita masih harus minta bayaran ga pak?? Kalo iya, harus di-reducekah karena kerugian waktu klien? Ato bagaimana pak?
Sekian.. Mohon kesediaan bapak menjawab. π
Salam,
Inez A.R.
____________________
hihi halo Nez,
sori telat bgt jawabnya
ini dia, smg blm basi:
1. yg dimaksud itu adalah master file-nya. misalnya kamu bikin desainnya di photoshop (.psd), trus utk dipresentasikan ke klien, kamu hrs convert ke format umum yg klien bisa buka, krn kl psd lom tentu klien punya photoshop, kalopun dia punya, tktnya versinya jadul tar jadi ribet. jd biasanya format ke (pilih): jpg, gif, png. Setelah project selesai, silahkan diserahkan seluruh master file-nya apabila di dlm surat perjanjian tertera seperti itu. namun bila klien tidak mengatakan apa2, di surat perjanjian tidak usah dituliskan, dan hingga akhir project pun master file tsb dipegang oleh desainer.
memang adakalanya ketemu klien yang mau mengubah-ubah seenak mereka, jadi mereka minta master file-nya utk diubah sendiri, tapi seandainya di dlm surat perjanjian sudah jelas – bahwa project akan dikerjakan sepenuhnya oleh desainer dan campur tangan klien hanya soal penyediaan konten dan memberi input, tidak campur tangan ikut mengerjakan desainnya – maka ga usah khawatir, dan apabila klien minta masternya bilang bhw apabila diinginkan, akan diberikan di akhir project, tidak di tengah-tengah project yg sedang berjalan.
Intinya kalau relasi antara desainer dengan kliennya baik toh mereka akan mengerti, dan balik lagi ke kita. jadi hrs dilandaskan oleh itikad baik, saling percaya dan saling seimbang. jangan menahan-nahan master file dengan tujuan tidak baik, yaitu agar si klien ‘terpaksa’ ke kita lagi karena kita yang pegang master file-nya. bisa-bisa nanti citra desainer buruk di mata dia.
2. kondisi apabila terjadi keterlembatan penyelesaian pekerjaan, harus dicantumkan secara detail dlm surat perjanjian, dan hrs secara
berimbang, yaitu apabila keterlambatan tsb disebabkan oleh klien, maupun disebabkan oleh desainer. masing2 hrs ada ‘hukumannya’ dan plan
B-nya, ‘hukuman’ bisa berupa: kl penyebabnya klien: nambah biaya, kl penyebabnya desainer: kurangin bayarannya, dll.
namun sekali lagi, kalau ada sesuatu hal di luar dugaan terjadi, contohnya keterlambatan ini, maka sebaiknya dibicarakan baik2 oleh kedua pihak, apabila desainer penyebabnya maka harus minta maaf dan komitmen dengan aturan main yg sudah disepakati bersama. Sebaliknya
desainer juga tidak membiarkan klien terlambat, melainkan mengingatkan schedule project tsb. kadang2 klien krn sibuknya shg agak
menomorduakan project desain ini, maka kita ingatkan status project saat ini dan jadwal yg disepakati sebelumnya, shg mereka aware. ini
lebih sopan ketimbang tiba2 kita ngomong: “Pak, ini sudah terlambat, Anda harus membayar biaya keterlambatan ini”
Ingat, tujuan kita bukan relasi jangka pendek, melainkan jangka panjang.
Demikian Inez,
Semoga berkenan dengan jawabannya.
Awalnya desainnya dikasih gratis, lama2 keterusan, bagaimana ini?
Someone (nama disamarkan)
Sore Pak, lagi sibuk kah?
saya mau konsultasi…
grin
Surianto Rustan
Thursday
silahkan smile
Someone
Thursday
saya punya paman nih pak, dia kan punya perusahaan, dan saya sempat menawarkan jasa desain saya ke perusahaannya, karena saya merasa itu paman saya, yaa, saya ga’ minta harga desain di awal, cuma harga cetak (kebetulan yang paman saya minta itu desain banner, jdi sekalian cetak)…
nah, saya sempat mengajukan harga desain paman saya bilang “biasanya ga’ pernah kena ongkos desain”, mau ngasi penjelasan kok rasanya ga’ enak, mau nolak orderannya ga’ enak juga…
eeh, keterusan sampai skarang, hanya saja paman saya mendelegasikan urusannya ke staffnya…
alhasil stafnya menghubungi saya untuk order ini itu…
saya minta fee desain, ga’ di respon…
kalau saya nolak orderannya, saya ga’ enak sama paman saya…
wah, jadi galau setiap malam… -.-
apa yang sebaiknya saya lakukan ya?
oia, pak, saya mau tanya, ketika ada penawaran project desain kan sebaiknya langsung tatap muka, bagaimana dengan yang lokasinya jauh? misalnya saya di Bali, klien saya di Jakarta, atau Sumatra, bahkan mungkin di luar negri (amin, hehe) apakah bisa dbuat jadi efektif ya?
Surianto Rustan
Yesterday
halo Mas, itu pertanyaan yg pertama sudah saya jawab kemarin, cuma nampaknya koneksi saya bermasalah jadinya hilang semua yg sdh saya jawab dan tdk terkirim frown
ini saya jawab lagi:
Segala yang telah kita alami, baik yg manis maupun yang pahit adalah guru yg paling baik. seluruhnya membuat kita tambah dewasa dan bijaksana.
nah setelah mengerti kesalahan yg telah kita lakukan, mudah2an kelak menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak melakukannya lagi di masa depan.
usul saya, ajak Paman anda bicara 4 mata, perlihatkan portfolio dan karya2 Anda, tunjukkan bagaimana cara kerja Anda yg tidak asal2an saja, ada riset, mencari strategi, membuat alternatif desain yg banyak, orisinil dan tidak pakai template, tidak pakai clipart, ceritakan jerih payah Anda saat membuat deain tersebut, bahwa desain ada aturannya, tidak sekadar selera, dll. ceritakan apa yg saya tulis di link berikut ini, yg mungkin bisa menambah pemahamannya tentang desain: http://dgi-indonesia.com/bukamata/ di situ ada 3 artikel penting yg wajib diketahui siapa saja tentang desain grafis.
Bukamata adalah rubrik praktis, singkat, padat, amat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mendapat gambaran tentang apa itu desain grafis.
Surianto Rustan
Yesterday
dari situ kemudian bilang padanya bahwa atas jerih payah itu harus ada penghargaan untuk desain, karena desain itu dibikin khusus untuk dirinya. Jadi selain dia terima barang berupa spanduk misalnya, tapi kan di dlm desain spanduk itu ada bobot lain, yaitu kemampuan spanduk tsb memperkenalkan produk Paman Anda, kemampuan spanduk itu utk menjual produk tsb ke masyarakat, atau minimal menginformasikan pada khalayak. Jadi bobot fungsi itu yang sebetulnya harus dihargai, tidak sekadar ‘barang’ komoditi. Itulah desain.
sebetulnya pelajaran dari pengalaman Anda itu dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu apabila seseorang desainer memberi ‘edukasi’ pada klien (masyarakat) bahwa desain itu gratis, maka akan makin banyak orang yang mengerti: “ooo ternyata desain itu bisa gratis ya”, atau sebaliknya, apabila para desainer kompak mengedukasi masyarakat bahwa desain itu bukan template, ada tahapan kerja yg perlu dilakukan, ada riset, harus orisinil, bukan template, ada prinsip2 desain, tidak sekadar selera dll, maka makin banyak masyarakat yg mengerti: “ooo desain itu ternyata ilmiah ya, desain ternyata bukan komoditi ya. dll”
mudah2an dengan si Desainer mengerti siapa dirinya sendiri, maka dapat membuat masyarakat (termasuk klien) mengerti siapa desainer itu dan apakah desain itu. kedepannya profesi ini akan dihargai secara berimbang oleh masyarakat
mengenai tatap muka dengan klien, sebisa mungkin ya, harus dilakukan. namun apabila ada kendala geografis, lihat dulu proyeknya, kalau proyek skala kecil, mungkin komunikasinya masih bisa dilakukan secara online, tapi kalau proyeknya besar dan menuntut ketepatan pengertian oleh kedua pihak (desainer & klien) mau tidak mau harus bertemu muka.
yg menjadi dasar pengertian adalah: hrs ada relasi yg erat antara desainer – klien. itu yg penting
Galau karena kerjasama dengan teman, gimana pembagian keuntungannya?
Someone (nama disamarkan)
semangat pagi pak… ^.^
Surianto Rustan
September 13
halo Bung smile
Someone
September 13
ngajar kuliah nanti pak?
btw, mau curhat nih pak… grin
saya kan mengajak kerja sama teman sebagai tim desain saya…
pembagiannya, setiap ada job kita bagi dua…
nah, yang jadi masalah, saya ngerasa apa yang didesain sama dia itu kok beda sama persepsi awal yang kita rapatkan…
sya jadi bingung, dan galau…
@.@
enaknya kalau bagi tugas itu seperti apa pembagiannya ya?
Surianto Rustan
September 13
memang sulit bila keduanya sejajar, maka keputusan ada di tangan berdua. paling baik adalah, yang mendapatkan project itu pertama kali, maka dialah yg jadi project managernya. dia yg lbh menentukan keputusan. tp ini hrs diomongkan lebih dulu dgn rekan tsb.
Someone
September 13
project manager itu mengkonsep desain dan mengatur jalannya project ya?
Surianto Rustan
September 13
kalo saya sendiri tidak pernah mengajak teman utk sejajar levelnya, krn pembagian kerja juga jadi sulit. jadi bila saya yg mendapatkan project tsb, maka saya mjd managernya (sama spt di atas) tp saya tdk pernah mengatakan pada dia nilai rupiah project tsb. pokoknya rekan kerja saya itu saya mintakan penawaran harganya, nah saya yg membagi tugas kerja, dll sekaligus membayar dia sesuai dengan permintaan harganya itu. tapi semuanya itu janjian sejak awal, juga bilang pada klien, kalo mengenai finance langsung berhubungan dgn saya, tidak dengan rekan saya. gitu
Mas, mohon maaf, sy hrs brkt ngajar, nanti kta lanjutkan
Presentasi ke Klien hasil jadinya saja atau sketsa2nya/mindmapping-nya dulu? Bgmn cara membuat hati klien tenang?
Janrico Renaldy Liando
oia pak, lagi sibuk ga?
pengen nanya lagi seputar desain, hehe
(nanya mulu jd ga enak, hehe)
upset
Surianto Rustan
3 hours ago
trims smile silahkan, gapapa koq, malah senang saya
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
tq tq tq
hehe
gini pak
melanjutkan perbincangan kita yg kemarin
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
yg bikin identitas visual manajemen hotel
kan saya udah dpt nih datanya
Surianto Rustan
3 hours ago
iya
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
proeses desain akan saya lakukan
nah yang ingin saya tanyakan
kira2 pas kasih ke klien itu hasil jadinya berikut alternatifnya yg udah ada warnanya
atau sketsanya dulu yang bebentuk thumbnail?
bingung pak, ini kali pertamanya saya
upset
mohon pencerahannya
grin
Surianto Rustan
3 hours ago
presentasinya harus sudah rapi, sudah diedit di komputer. tidak dalam bentuk sketsa. kalau saya biasanya semua alternatifnya dimasukkan ke dlm powerpoint semua lalu dipresentasikan. tiap alternatif disertakan keywords nya masing2. misalnya alternatif A, tulis keywordsnya: friendly, letter A & K, flexible, emphaty, dynamic. alternatif B, keywordsnya: strong, charisma, fist (kepalan tangan), unbreakable, dll.
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
ohhh
Surianto Rustan
3 hours ago
keywords itu bisa menggambarkan bentuknya, sifat/kepribadiannya, harapan2nya, dll.
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
jadi harus dah dalam bentuk pilihan alternatif (yg sudah jd beserta keyword dan keyvisual) nya ya?
sketsa, brainmap gak perlu yah pak?
(gak perlu di presentasikan maksudnya)
Surianto Rustan
3 hours ago
sketsa ga perlu, soalnya Klien sih biasanya ga mao tau smile
sketsa itu urusan desainer
presentasi logo2 tsb sdh beserta alternatif warnanya tapi diinfokan bhw warnanya itu blm fix, tahap memilih warna bisa kemudian. supaya fokus dulu pada bentuknya
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
wiw
MANTAP pak
grin
iya soalnya saya mikir kalo kyk skripsikan ada tahapannya dan itu smua harus di acc dosen pembimbing
hehe
sekarang saya semakin paham apa yang akan saya presentasikan kepada klien
smile
Surianto Rustan
3 hours ago
tahapan pengerjaan desain dari sejak riset, dll itu dipresentasikan di briefing awal, nah kalo sdh mau presentasi desainnya, ga perlu dipresentasikan lagi, kecuali mau mengingatkan klien, “pak setelah ini kita akan berlanjut pada tahap berikutnya, yaitu..” semuanya agar klien ngerti arah pekerjaan ini, dan melihat kita kompeten
Surianto Rustan
3 hours ago
tiap status pengerjaan hrs dikomunikasikan. ini penting supaya klien juga sadar bhw desain ga cuma visual belaka, tapi ada proses2 yg tidak instan
Janrico Renaldy Liando
3 hours ago
hmmm
ya, betul saya sudah bicaran tahapan dan cara kerja saya sebagai desainer sm klien pas brief awal. bearti saya harus infokan yah kalo saya sudah dapat datanya dan sekarang sedang memasuki proses selanjutnya
supaya klien tau proses saya sudah sampai dimana
bukan begitu pak?
Surianto Rustan
2 hours ago
betul! masalah klien adalah: mereka selalu gelisah, ini desainer kompeten ga sih? bisa ga sih rancangin logo gw? dll. jadi mereka hrs diyakinkan & ditenangkan hatinya: dengan selalu memberitahukan status pengerjaan desain yg kita lakukan. mirip update status fb
Janrico Renaldy Liando
2 hours ago
iya betul bgt bgt pak, saya setuju
grin
saya selalu follow up dia
status saya
makasih banyak pak
pencerahannya