Buku BISNIS desain
Judul: Bisnis Desain
Penulis: Surianto Rustan
Penerbit: PT Lintas Kreasi Imaji
Terbit: Juli 2015
Pre-order: 13 Juni 2015
Halaman: 216 halaman
Ukuran: 20 x 13.5 cm
Warna: Fullcolor
Kertas: Book paper 60 gsm.
____________________
Buku ini berisi tentang:
– bagaimana memulai bisnis desain
– cara menghitung harga desain
– mengelola proyek dan deadline
– bekerja di perusahaan VS freelance
– etika bisnis desain grafis
Disajikan ala ‘anak desain’:
– bahasa yang ringan
– kasus-kasus nyata
– hitung-hitungan simpel
– fullcolor, gambar & foto,
diagram, infografik
Diperuntukkan bagi:
– Desainer otodidak
– Mahasiswa
– Dosen
– dan siapapun yang ingin memulai bisnis desain
2014 in review
The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2014 annual report for this blog.
Here’s an excerpt:
The concert hall at the Sydney Opera House holds 2,700 people. This blog was viewed about 38,000 times in 2014. If it were a concert at Sydney Opera House, it would take about 14 sold-out performances for that many people to see it.
Soal tema, konsep, tema, konsep, tema, konsep
Conversation started November 26, 2013
R Nova Veronica
11/26, 2:48pm
Selamat pagi pak. Mau bertanya. Kalo dalam mendesain, antara tema dan konsep, manakah yang lebih dulu di buat ya? Dan antara konsep dan tema, mana yang memuat lebih detail untuk mengacu ke desain yang akan di buat nanti. Soalnya ada beberapa teman yang pernyataannya berbeda pak. Terimakasih sebelumnya.
Surianto Rustan
11/26, 5:22pm
sblm menjawabnya, saya mau tanya dulu nih: apa yg dimaksud tema? apa yg dimaksud konsep?
R Nova Veronica
11/26, 6:57pm
Tema adalah gagasan atau ide. Konsep aalah abstraksi dri ide.
November 27, 2013
Surianto Rustan
11/27, 8:08pm
ini mohon maaf sayanya yg masih kurang mudeng, kalo tema oke deh ngerti, tp bisa minta penjabaran sedikit tentang abstraksi dari ide?
R Nova Veronica
11/27, 8:15pm
Hehe, ini sih yang saya pahami selama ini, kalau konsep itu bentuk kasar/abstrak visual dri ide atau gagasan, jadi lebih mendetail, seperti itu pak kalau pemahaman saya ttg konsep. Kurang lebihnya mohon di maafkan.
Surianto Rustan
11/27, 8:54pm
ooo gitu ya. trm ksh penjelasannya. barusan saya cari ‘concept’ di Dictionary.com hasilnya begini:
concept 1. a general notion or idea; conception. 2. an idea of something formed by mentally combining all its characteristics or particulars; a construct. 3. a directly conceived or intuited object of thought.
sedangkan tema (theme): 1. a subject of discourse, discussion, meditation, or composition; topic: The need for world peace was the theme of the meeting. 2. a unifying or dominant idea, motif, etc., as in a work of art. 3. a short, informal essay, especially a school composition.
Saya curiga kedua istilah tersebut sifatnya tidak hirarkis, melainkan dimensional / layering, karena di mana2 banyak ditemui kalimat: ‘theme concept’. nah kalo dari ‘theme concept’ (konsep dari suatu tema) jelas si ‘theme’ lebih bersifat khusus, dan si ‘concept’ lebih bersifat umum.
Juga kalau melihat pemakaian bahasa sehari2 yang saya dapatkan bahwa istilah ‘konsep’ itu jauh lebih pasaran (umum) dr pada istilah ‘tema’: konsep berpikir (bukan tema berpikir), konsep hidup (bukan tema hidup), konsep pendidikan (bukan tema pendidikan).
Itu kalau mengacu dari sumber2 secara de jure, nah kalo de facto-nya bisa saja terjadi pengembangan makna dari sebuah istilah, misalnya univ A menetapkan aturan penulisan skripsi hrs bikin tema dulu, baru konsep (seakan2 sifatnya hirarkis), dan biasanya itu sudah aturan turun temurun di univ A itu. di univ B caranya bisa saja lain lagi, dst.
Nah jadi kesimpulannya: paling baik kamu tanya langsung ke dosen yang berwenang dalam tugas / tugas akhir tersebut, supaya aman
Nama & tipografi eskrim Magnum dan rokok Magnum, Faktor familiarity dlm desain, Enakan kerja freelance atau kantoran?
Conversation started April 30, 2011
Galang Persada
4/30, 2:53pm
om, buku k-3 rame euy. dah lama pengen bli buku lokal yg isinya g lokal aj. di tunggu buku k-4nya om. Kayanya rame tuh bahas illustrasi dari manual (kanvas,painting, dll), digital (3d, D.I). Kos males cari bahan referensi (selangit harga buku ilustrasinya). Cuman saran aja sih. hahah. baca lagi ahhh hurufontipografi…
May 1, 2011
Surianto Rustan
5/1, 9:37am
makasih apresiasi & inputnya Mas Galang, pastinya akan saya pertimbangkan usulnya. btw kuliah atau kerja di mana? atau desainer otodidak nih? salam suxes terusss!!
May 2, 2011
Galang Persada
5/2, 4:54pm
DKV UNIKOM.
Semester 6 sih, pengennya sih kerjanya di bidang ilustrasi. Jadi pengen tau lebih banyak tentang ilustrasi. thx semoga semakin sukses paman. ahahahay
June 6, 2013
Galang Persada
6/6, 12:10am
nah kebeneran om.
1 pertanyaan sih. tipografi eskrim magnum vs. rokok dji sam soe mangum secara estetika bagus mana? terus kalo 1 nama “magnum” tapi ngingetin 1 produk yang beda tiba2 berubah setelah membaca tipografi rokok dji sam soe gimana nih?…. tolong om komentar singkat aja..
Surianto Rustan
6/6, 12:31am
yg saya ingat hanya yg magnum eskrim, tp yg rokok magnum agak lupa bentuk hurufnya. menurut saya, nama yg sama itu punya potensi mengurangi keunikan di kedua pihak, sama halnya dengan gambar / logo yg serupa.
Surianto Rustan
6/6, 12:33am
namun, di dlm branding, nama ada di area yg diistilahkan ‘naming’, ada org2 dg kompetensi tertentu yg mengerjakan hal itu, biasanya org linguistik / ahli bahasa / sastra, yg bekerja sbg pen-desain nama / kata2. walaupun tidak tertutup kemungkinan seorang desainer grafis juga bisa terjun di bidang itu.
Galang Persada
6/6, 12:39am
kan iklan yang berhasil itu selalu ada dalam benak konsumen. dan magnum eskrim udah seperti itu sih. jadi lebih berhasil dibandingkan magnum rokok. emmm menurut om… iklan yang baik selain di atas apan tuh. fokus ke magnum eskrim sama magnum rokok y? singkat aja part2
June 8, 2013
Surianto Rustan
6/8, 5:06pm
ooo yg Mas jelaskan tadi itu faktor familiarity. dlm brand memang sgt penting. biasanya yg menang adalah brand yg paling sering muncul di media; billboard, koran, majalah, tv, web banner, dll. jadi org sdh lebih familiar dg brand tsb, walopun ada brand tandingan yg pake nama yg sama. tp kl areanya memang beda, yg satu eskrim, yg satu rokok, mungkin tidak terlalu pengaruh. toh konsumen yg lg ngidam eskrim, ga mungkin ketipu jadi beli rokok, wong maunya eskrim
June 8, 2013
Galang Persada
6/8, 8:13pm
oh iya sih. toh produknya contras. meskipun namanya gak kontras. cuman fontnya mirip sama2 “premium” dan berkelas. ko saya ngerasa nama sama dan tipografi sama (mirip2 sih tipografinya) buruk ya?
June 9, 2013
Galang Persada
6/9, 9:48pm
makasih om. masukannya sangat membantu. lain waktu saya nanya lagi deh. haha. makasih untuk selalu menjawab. terus berkarya om
Surianto Rustan
6/9, 11:19pm
sip2, terima kasih sama2, karena dengan menjawab, berbarti saya sendiri belajar lagi, nah kalo yg nanya banyak, berarti saya belajar terus-menerus Salam suxes juga.
October 25, 2013
Galang Persada
10/25, 7:58pm
om, kebetulan baru 1 bulan ganti jadi penggangguran bertoga s1 nih. kalo kerja enaknnya freelance atau kantoran di bidang grafis? binggung nih. saya lebih ke illustrasi sama tipografi sih sukannya. tapi belum dape approve kantoran menurut om gimana om, ada solusi?
niatnya sih pengen ada uang perbulanan yang tetap gitu. gamang euy antara freelance sama kantoran? pernah nyobaain dua2 nya gak om? enakan free atau kantor? emmmm…
October 26, 2013
Surianto Rustan
10/26, 10:29am
hmm saya usul sih utk nyoba kerja kantoran dulu, kumpulin modal dulu, tar kalo +/-5 thn kemudian ada keinginan freelance, ya silakan. saya usul juga pelajari yg lain, jangan cuma typo dan ilus aja, utk membuka pintu rejeki lebar2
Galang Persada
10/26, 10:59am
makasih om sarannya.
Surianto Rustan
10/26, 11:45am
sama2
Bgmn cara menawarkan krj sm dg agensi besar? Bgmn dengan pitching/tender/bidding? Apakah kl mendesain logo tanpa sketsa dulu (langsung di komputer) diperbolehkan?
Conversation started September 20, 2013
Niko Setiawan
9/20, 11:45pm
halo pak surianto rustan, saya mau tanya satu hal, boleh ga pak? mohon maaf nih pak kalau belum apa2 saya sudah tanya2..hehe
September 21, 2013
Surianto Rustan
9/21, 4:58am
silahkan, langsung saja. bisa lewat fb ini, bisa juga lewat email: rustangrafis@gmail.com
September 21, 2013
Niko Setiawan
9/21, 9:04am
Jadi gini, saya kan lagi buka agency bareng teman. Sekarang lagi cari klien, susah sih pak. Saya ingat beberapa agency tempat saya bekerja dulu (agency A dan agency B), mereka kebanyakan bekerja sama dengan agency besar. Saya sempat berpikir bahwa ya memang harus ada kerja sama, biar bisa eksis terus, karena hingga saat ini arus proyek belum bisa membuat perusahaan saya berkembang, jadi masih self employed saja. Agency A baru saja diperpanjang kontraknya, padahal kalau saya lihat desainnya standar, katanya proyeknya sekitar 700juta. Agency B baru saja menang tender, padahal desain webnya hanya 1 halaman. Menurut saya mungkin saja mereka sudah ada relasi, sehingga bisa lancar. Saya mau tanya, bagaimana sih pak caranya menawarkan kerja sama dengan agency besar? Saya sudah googling tidak ketemu, tanya teman teman seperjuangan tidak ada yang tahu. Oiya saya lulusan terbaik universitas trisakti lhooo, hehe.
October 27, 2013
Niko Setiawan
10/27, 2:17pm
Halo Pak, permisi mau tanya nih: Bagaimana pendapat Bapak tentang proses desain logo yang tidak diawali dari sketsa pensil? sepenuhnya dari software. Terima kasih
October 28, 2013
Surianto Rustan
10/28, 4:30pm
Halo Niko, maaf bgt baru balas msgnya hari ini, apalagi ada msg kamu yg bln Sep blm aku balas. Jawab yg baru dulu ya: bagi profesional, sebetulnya tidak apa2 lgsg di komputer, ga bikin sketsa dulu, bahkan langsung jadi jg gapapa. ini contohnya logo Citi group yg dibuat oleh Paula Scher dlm bbrp detik saja: http://breezycreativedesign.com/2010/05/04/citi-logo-by-paula-scher/ Tapi jangan samakan beliau (Paula Scher) dengan desainer pemula/amatir. Perjuangannya tidak instan! Beliau menempa dirinya sendiri dari nol, belajar riset, belajar sketsa, belajar komputer, dst. memakan waktu bertahun2 sampai jadi profesional, sehingga bisa membuat keajaiban dlm bbrp detik saja.
silakan simak biodata Paula Scher di Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Paula_Scher
nah, sekarang menjawab pertanyaanmu yg bulan september: sy sbnrnya agak bingung, jd saya tanya dulu nih: knp sasaranmu agency besar? knp ga langsung cari klien / perusahaan saja?
Niko Setiawan
10/28, 4:42pm
Saya memang sedang mencari dan sedang mengerjakan proyek untuk sekarang ini. Saya paham secara garis besar tentang bisnis ini. Hanya saja saya juga tertarik dengan pitching, kebetulan kemarin baru saja ikut untuk pertama kali. Saya butuh saran dari Bapak.
Surianto Rustan
10/28, 5:11pm
hehe kl tanya saya sih, saya ndiri menolak pitching Nik, soalnya ga punya budget untuk ‘dirugikan’. pitching mungkin kelihatannya tdk merugikan siapapun, tp coba kl dilihat lebih dalam: perusahaan yg bikin pitching ga peduli siapa itu desainernya, apakah mhsw, tukang fotokopi, ato desainer profesional, nah pada akhirnya, masyarakat taunya desainer itu murah, bisa dipitching. termasuk saya yg sdh jd desainer 18 tahun akan disamakan dengan tukang digital printing, jadi mereka mengasumsikan harga dan kualitas saya sama dengan mereka. kedua: kalo pitching, maka desain secara tidak langsung masyarakat (termasuk desainer peserta pitching) menahbiskan desain sebagai ‘dekorasi’ atau ‘hiasan’ saja. sekedar make-up, ga perlu riset, ga perlu tau apakah itu desain hasilnya bisa menjual? bisa mengangkat citra si klien? punya fungsi sosial selain ekonomis? punya fungsi edukasi kah? dll. yg penting bagus diliat. kalo ga punya fungsi apa2 lagi selain fungsi estetis dan ekonomis, maka desain sama dengan komoditi, kaya beras, gula, dll. selamanya desain ga bisa jadi Gulaku yg dibranding dan dikemas dg baik yg bisa lebih mahal harganya tp org mau beli juga. maka desain juga ga bisa jadi kaya iPad, yg versi barunya lom launching, tp org2 udah pada indent, yg kalo dia naekin harganya, org ga peduli dan ttp mau beli. maka seumur hidup desain akan murah harganya. desain murah dibikin oleh desainer yg murah juga. maka seluruh desainer ga pernah hidup layak. gini Nik, saat ini kamu lom berkeluarga, tapi coba bayangkan kalau kamu sdh berkeluarga dan punya tanggungan, kamu akan merasakan betapa sulitnya menaikkan harga desain. Dan harga tersebut dimulai dari sejak sekarang. Memang tidak mungkin seorang pemula sudah kasih hrg desain mahal, murah juga tidak apa2, yg penting klien tau bahwa ada ‘harga desain’, bukan cuma ‘harga cetak’, masih mending harga murah, drpd org taunya desain itu cuma selera, cuma hiasan & dekorasi, ga perlu riset, dll. Coba deh dipikirkan lagi, apa layak saya lulusan terbaik digratisin melulu (kalo ga menang pitching, kan sama aja kerja gratis, padahal udah bikin cape2), dan kerja gratis sampe tua (kalo tetap melakukan pitching terus menerus)
Sekian dulu Niko.
October 28, 2013
Niko Setiawan
10/28, 9:25pm
Terima kasih sarannya Pak. Hhe
Adakah standar harga sebuah logo? Apa sj yg jd faktor penentu harga logo? Bgmn dg kompetisi logo yg hadiahnya murah? Harga logo utk personal & utk perusahaan beda?
Conversation started January 3
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:10pm
selamat malam pak rustan,saya aldo mahasiswa DKV dari Itenas saya direkomendasikan untuk menguhubungi pak rustan untuk mengetahui lebih lanjut tentang logo,mohon bantuannya terimakasih sebelumnya.
Surianto Rustan
1/3, 11:14pm
silakan Kang Aldo, ada yg bs dibantu?
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:15pm
iah pa rustan saya mau tanya untuk di indonesia sendiri apa ada harga standart untuk sebuah logo ?
ini untuk bahan tugas saya di kampus pa,meninjau tentang standarisasi harga logo karena banyak kompetisi2 logo yang memberikan imbalan murah kepada pemenangnya
Surianto Rustan
1/3, 11:16pm
wah ga ada Kang, soalnya pe er standarisasi fee desainer sampe skrg blom dikerjakan oleh asosiasi desain grafis kita ADGI
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:19pm
kalo menurut pa rustan,menanggapi banyaknya kompetisi2 logo saat ini yang memberikan imbalan yang bisa dibilang sangat minim bagaimana pa ?
dan mungkin menurut pengalaman bapa,apa saja yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan harga dari sebuah logo?
Surianto Rustan
mengenai harga, mungkin seharusnya pertanyaannya bukan “apa saja pertimbangan thd harga sebuah logo”, melainkan: “apa saja pertimbangan harga seorang desainer”
karena desainer profesional yg pengalamannya sudah 20 th misalnya, akan memberikan harga yg berbeda (walau utk pekerjaan yg sama, yaitu sebuah logo misalnya) dengan desainer amatir yg pengalamannya baru 1 tahun.
jd sebaiknya tidak berangkat dari benda-nya / karya desainnya, melainkan dari si pelakunya siapa.
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:26pm
waaah terimakasih banyak pa rustan hehe
jadi mungkin inti dari permaslahan harg logo ini melainkan dari si desainer nya sendiri ya pa ?
desainer yang menentukan untuk harga,dan memang belum ada standarisasi untuk harga nya sampai saat ini ?
Surianto Rustan
1/3, 11:28pm
kalau beranjak dari bendanya, maka tidak ada penghargaan terhadap kualitas pribadi si pelaku (termasuk di dalamnya: pengalaman, kebijaksanaan dirinya, keahliannya dalam mendesain, keahliannya dalam manajemen proyek, keahliannya berkomunikasi, keahliannya dlm bidang2 lainnya, dll)
karena itu tadi jawaban saya: di Indonesia blm ada standar harga / fee utk desainernya, bukan standarisasi harga / fee pekerjaannya / bendanya
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:31pm
siap pak terimakasih banyak untuk jawaban2nya
sangat membantu saya
terimakasih atas waktunya sekali lagi pa rustan
Surianto Rustan
1/3, 11:33pm
sama2 Kang.. suxes utk studinya, jgn sungkan2 nanya2 lagi, sdh tugas saya melayani. tp hanya bisa sejauh pengetahuan sy sj nih
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:34pm
pasti pak masih banyak yang ingin saya tanyakan lebih jauh tentang logo sebenarnya
mungkin lain kali bisa saya tanyakan hehe
Surianto Rustan
1/3, 11:35pm
boleh bgt Kang, dg senang hati
Aldo Yannuar Primananda
1/3, 11:36pm
terimakasih banyak sekali lagi pak rustan hehe
Surianto Rustan
1/3, 11:36pm
sama2
January 4
Aldo Yannuar Primananda
1/4, 12:32pm
siang pa rustan
hhehe
ada yang mau saya tanyakan lagi pa
apa berbeda harga logo untuk personal dan perusahaan ?
mungkin apa kita menyesuaikan harga dengan kien kita ?
makasih sebelumnya pa rustan
January 4
Surianto Rustan
1/4, 10:17pm
iya, siapa si klien, tentunya jadi faktor penentu harga juga. misalnya teman dekat atau bukan, dll
Aldo Yannuar Primananda
1/4, 10:53pm
terimakasih banyak pak
Surianto Rustan
1/4, 10:58pm
sbnrnya byk lagi faktor yg perlu dipertimbangkan, namun ini sifatnya faktor2 sekunder: jarak kantor klien / tempat meeting, faktor klien (tidak menghargai / mengharga, super cerewet / pengertian, dll), besar keiclnya perusahaan (punya banyak anak perusahaan / perusahaan tunggal, produk super banyak / sedikit, dll), banyak lagi
Aldo Yannuar Primananda
1/4, 10:59pm
wah iah pa berarti perhitungan itu sampai seditel itu yah,banyak yg bisa menjadi perhitungan kita untuk memberikan suatu harga pada logo
terimakasih banyak atas jawaban dan waktunya pak rustan
Surianto Rustan
1/4, 11:00pm
sedangkan faktor primer: dilandasi oleh si desainernya. yaitu masalah: portfolionya sdh banyak blm (perusahaan2 yg prnh ditangani), pengalamannya sdh brp tahun, networknya luas ga, kualitas desainnya tinggi / rendah, komunikasinya jago / ngga, jago bisnis apa ngga, dll
kl sy bilang, utk pemula sebaiknya pakai perhitungan faktor2 primer dulu saja. nanti kalau sdh profesional baru boleh lebih cerewet. kl pemula kan masih hrs byk belajar, jgn terlau konsen dg uang dulu. toh kelak uang akan mengikuti orang yang kualitas kerjanya baik.
Penghargaan thd desain yg rendah :(, Lulusan SMA apa bs krj di studio desain? Apa yg hrs disiapkan bila mau membuat studio desain grafis?
ridho midanto
Tue, Jan 7, 2014 at 10:32 AM
Halooo Pak… Lama tidak berjumpa,,
saya ada beberapa pertanyaan pak, mohon dijawab dan saya diajari dengan sabar hehe
1. Dikota saya pekalongan,,, belum ada Studio Design Grafis,, saya ingin membuat studio design grafis,, tapi takut gak ada yang berani masuk pak, karena penghargaan masyarakat pekalongan terhadap design sangatlah rendah.. mayoritas penghargaan design di sebuah percetakan hanya Rp. 10,000 per desain, jujur saya ngerasa kurang dihargai pak..
>> Apa yang harus saya lakukan pak ??
2. Saya hanya lulusan SMA, bisa kah saya bekerja di sebuah studio desain grafis pak, selama ini saya hanya menjadi designer di sebuah percetakan..
3. Jika saya ingin membuat studio desain grafis apa yg harus saya siapkan pak
4. Saya lampirkan Portofolio Saya , mohon dinilai dengan sejujur-jujurnya pak, kurang nya apa, terima kasih 🙂
Surianto Rustan
Wed, Jan 8, 2014 at 12:19 AM
Halo Mas Ridho,
mohon maaf baru balas emailnya, tdk bisa seketika.
1. menurut saya ada 3 segi yg dituntut dr seorg desainer bila dia mau eksis & survive di jaman ini, di mana desain kurang dihargai, yaitu:
ketrampilan mendesain, ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan berbisnis.
ketrampilan mendesain tentu Anda sdh mengerti, kita bahas ketrampilan berbisnis dulu:
– pelajari pasar, siapa saja pesaing kita, apa sj yg mrk lakukan, bgmn mengalahkan mrk, apa saja mslh dihadapi di pasar yg nanti kemungkinan akan dihadapi (misalnya desain yg krg dihargai, dll), siapa klien utama yg disasar? (ukm? perorangan? level tinggi / rendah?) bgmn mendekati klien? (gimana cara nyari klien? melalui siapa? org dalam? rekrut teman sbg tenaga marketing?). berapa tarif saya? berapa tarif pesaing?
– pelajari apa saja modal2 yg sudah dimiliki (misalnya: peralatan, tenaga kerja, waktu yg tersedia, network, dll), apa yg belum dimiliki (misalnya: network, pengalaman, dll)
– rencanakan masa depan bisnis, misalnya bikin target2 yg hrs dicapai dlm 1 th kedepan, 2 th kedepan, dst. lalu susun langkah2 apa yg hrs dilakukan utk mencapai target tsb.
itu sekilas mengenai ketrampilan bisnisnya, sbnrnya byk sekali tips2 membangun bisnis yg diberikan org scr gratis di web, bisa dipelajari, misalnya:
http://www.score.org/resources/business-planning-financial-statements-template-gallery
link di atas sarankan juga bagi mhsw saya, walopun bhs inggris, tp mudah dimengerti & mudah digunakan, itu sdh sgt komprehensif, cocok utk membangun bisnis dari nol.
di bawah ini adlh tips2 yg sifatnya soft skill:
selain artikel itu, byk artikel arketing lain yg berguna di situ.
nah link berikut ini ga usah beli produknya, tp artikelnya menarik utk membangun bisnis:
http://www.zonasukses.com/paket12.php
nah, ttg ketrampilan komunikasi:
– pelajari bgmn komunikasi dg klien scr tulisan, lisan, maupun gestur / sikap tubuh.
tulisan: bgmn menulis email pd klien yg baik & benar, bgmn menulis pesan singkat utk klien, dll
lisan: bgmn mendengarkan & menangkap dg tepat apa yg klien maksud (sy butuh waktu bertahun2 utk menguasai ketrampilan ini), bgmn cara bertanya yg baik, bgmn cara mengadakan pertemuan & berdiskusi, cara negosiasi & tawar-menawar harga, proyek, dll., cara mengatur pekerjaan & komunikasi dengan anggota tim, dll.
intinya bagi si klien itu: hrs jelas keuntungan apa saja yg dia dapatkan bila pakai jasa desain kita. misalnya dg mengatakan spt ini:
“Nanti kan Bapak akan mencetak ini dlm jmlh banyak, biaya yg dikeluarkan juga tidak main2, nah, amat disayangkan apabila desainnya justru tidak menjual, semua jadi sia2.” jadi bila kita menetapkan harga 1 juta misalnya, si Klien jgn dibiarkan kebingungan knp hrgnya mahal begitu, tp kita beri penjelasan yg mudah dimengerti & masuk akal, knp harganya segitu. biasanya apabila penjelasannya masuk akal, dengan membandingkan dg kualitas karya yg bagus, maka klien akan setuju. mereka bukannya tidak punya uang, dan mereka juga tau bhw: ada harga > ada kualitas, tp mrk hanya perlu diberi pengertian.
kesalahan desainer biasanya tidak menganggap klien itu sahabat, tp pihak lain yg hny diperlukan duitnya. desainer sebaiknya menganggap klien itu seperti rekan kerjanya, hrs ditemani. tujuan utama komunikasi bisnis: membuat klien percaya pada saya. kalau ini sudah tercapai maka akan jauh lebih mudah, krn kita sdh mjd org kepercayaan klien.
sekian dulu Mas, mdh2an bermanfaat.
o iya, karya2nya lumayan koq, apalagi mengetahui bhw Anda tdk mengenyam pendidikan desain secara khusus, karya2 tsb jd spesial 🙂
ridho midanto
Wed, Jan 8, 2014 at 8:19 AM
waahh istimewa sekali pak.. sungguh sangat bermanfaat..
lalu apa hanya lulusan sma bsa berkerja disebuah studio desain pak ?
saya ingin kuliah dkv, tpi kendala biaya dan skill gambar sangat buruk, solusi nya bagaimana pak ?
apa yg harus diperbaiki dri design saya pak (walau saya sadar banyak bgt yg hrs diperbaiki )
Surianto Rustan
Wed, Jan 8, 2014 at 9:49 AM
Tmpt krj dsgnr kan ga cm di studio desain, sy 8 thn bkrj (beda2 tmpt) ga prnh 1 pun di studio dsgn ato advertising, tp seluruhnya di perusahaan umum spt di bank, penerbitan, IT, dll. Cb deh baca artikel yg sy tls di http://www.dgi-indonesia.com/bukamata ttg lapangan krj dsgnr grfs.
Lagipula tdk smua perusahaan cari dsgnr bdsrkan pendidikannya, ada yg bdsrkan portfolionya / kualitas karyanya. Dan yg penting jg adlh ketrampilan komunikasi lisan & gestur pas wawancara kerja dan komunikasi tulisan pas bikin surat lamaran & CV.
kl seseorg mengalami kekurangan cacad fisik, mk usahanya hrs 2x lipat org normal. Sy tdk menyamakan org yg tdk sekolah formal dg cacad fisik, tp usahanya memang hrs 2x lbh giat drpd org normal.
Ingat, kualitas diri seseorg tdk berdasarkan pendidikannya / pihak lain, melainkan kekuatan niat dirinya sendiri.
Jd kl merasa kurang di bidang A, ya hajar di bidang A sampai mahir, kurang di B, hajar di bidang B sampai mahir. Baru bs bersaing sejajar dg yg lain. Jgn hny terima nasib, tp rancang nasib kita msg2, sambil minta restu Tuhan.
Apalagi soal ketrampilan menggambar, itu sgt penting, toh tdk perlu mahir sekali. Semua ketrampilan bs dilatih & dipelajari oleh semua org. Bohong kl ada yg blg hny org2 yg berbakat yg bisa. Kl org lain bisa, sy pst bisa.
Yg jg sgt krusial dilakukan adlh: hrs byk lihat2 hsl desain para ahli, jgn cm yg dlm negri, tp luar negri jg. Di situs dgi-indonesia yg link di atas itu byk karya2 dsgn org sini, utk liat2 karya2 luar negri tinggal ke google, tulis: best graphic design, top graphic design, dll.
Manfaatkanlah akses internet dg optimal utk liat2 karya2 org lain. Dulu sy pny hobi jd ‘pemulung karya’, sy seneng donlotin karya2 org dlm & luar negri sampe 3-4 CD, trs tiap ari dibuka2 lg utk mempelajarinya. Ternyata karya2 itu mengendap di bwh sadar sy & di kemudian hr kl diperlukan tinggal dimunculkan dlm bentuk ide2. Itu bkn meniru melainkan memberi ide2. Jd makin sedikit liat = makin sdkt ide, makin byk liat = makin byk ide. Otomatis mempengaruhi karya dsgn kita.
Gitu Mas
Apa perlu desainer studi S2? Gmn prospek studi desain di luar negeri? Gmn lulusan luar negeri yg krj di Indonesia?
Naila Conita
Thu, Dec 19, 2013 at 11:45 PM
selamat malam pak,
saya ingin tau pendapat bapak. saya lagi bingung mungkin bapak mau membantu kebingungan saya. saya mahasiswi DKV semster 7. rencananya saya mau lanjut kuliah S2. menurut Bapak, apakah perlu seorang desainer melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi? kalau misalnya lanjut studi keluar negeri bagaimana ya pak prospek kedepannya? bagaimana gambaran desainer lulusan luar negeri yang bekerja di Indonesia?
mohon pencerahannya ya pak. saya sangat berterima kasih bila Bapak mau memberi pengarahan kepada saya.
terima kasih
Surianto Rustan
Thu, Jan 16, 2014 at 9:54 PM
Ini saya jawab menurut opini saya pribadi ya,
ada beberapa poin yg bisa dijadikan pertimbangan:
1. S2 kata kuncinya adalah: riset & penelitian. di kuliah S2 kita akan belajar membedah suatu hal sampai sedetil-detilnya, misal: membedah sebuah iklan dari segi elemen2 & prinsip2 desain yg digunakan hingga ke bagian2 terkecilnya, huruf, warna, gambar, bidang, garis, poin, dll. bisa juga pembedahan sampai seluas2nya, misal: iklan tsb dikaitkan / dihubungkan dengan berbagai bidang tidak hanya yg sifatnya komunikasi visual, tp jg ekonomi, teknologi, sosial, budaya, politik, pendidikan, dll
semua pembedahan itu untuk mendapatkan pengetahuan tentang apa/siapa sebetulnya obyek yg diteliti itu.
manfaat yg sy peroleh dr kegiatan meneliti yg terus2an ini adlh: belajar berpikir konstruktif, tidak acak2an. lebih tepatnya: belajar menata pemikiran.
setelah berpikir konstruktif, kt jg dituntut utk belajar menerangkan pemikiran tsb dlm rupa tulisan & presentasi.
kegiatan ini sama sekali tidak mudah dan butuh latihan terus-menerus.
2. kemampuan menata pemikiran dan menerangkannya ke org lain (yg diterangkan di atas) memang betul bermanfaat bukan hanya bagi desainer, tapi bagi siapapun.
– kalau kelak profesi yg direncanakan adalah di dunia akademis, tentu ini sangat pas, karena para pengajar/dosen selain memang hrs mendidik siswanya utk berpikir kritis juga dituntut utk melakukan penelitian utk pengembangan ilmu yg ditekuninya. maka memang sangat dianjurkan utk sekolah magister (S2), doktor (S3), profesor, guru besar.
– kalau rencana profesinya bukan di dunia akademis, melainkan di dunia industri desain, maka kita akan berhadapan dengan kenyataan yg kurang menguntungkan, akibat timpangnya kebijakan pemerintah dlm mengelola pembangunan yg terlalu meitikberatkan pada bidang ekonomi saja. padahal desain tidak hanya ekonomis, melainkan bisa sarat manfaat2 lain, misalnya manfaat sosial, budaya, pendidikan, politik, dll. nah masyarakat yg sdh terlanjur ‘terdidik’ oleh pandangan sempit bhw desain = ekonomis, tidak peduli proses, tidak peduli penelitian, maunya instan, murah, gampang.
materi2 yg diajarkan di S2 jadi terlihat tidak aktual kalau melihat kondisi / kenyataan di pasar, krn pasar maunya tidak usah penelitian2, kalau bisa langsung jadi desain yg bagus saja.
walaupun penelitian2 yg diajarkan di S2 itu penting, namun menurut saya itu tidak krusial dalam menjawab tantangan pasar di dunia nyata.
mengenai studi ke luar negeri, saya kurang tau prospek kedepannya, yang saya tau perjuangannya akan jauh lebih berat drpd studi di dlm negeri. krn selain belajar ilmunya, juga belajar hidup di negeri asing.
kalau melihat penghargaan thd desain, masyarakat di eropa dan amerika, nampaknya lebih tinggi apresiasinya drpd di Indonesia.
masalah keberhasilan, yg didikan luar negeri ato didikan dlm negeri, semua sgt tergantung individu ybs, bukan tergantung pendidikannya luar atau dalam.
krn setau sy ada juga didikan luar negeri yg ‘mendem’, dan banyak juga didikan dalam negeri yg justru terkenal di manca negara krn prestasinya 🙂
jd prospek ini kurang bijak kalau digeneralisasi, harusnya personal saja. lagi pula tidak bisa dipandang secara kuantitatif saja, kalau ternyata secara kualitatif buruk.
(berikut ini tambahan opini saya pribadi)
ke luar negeri itu suatu keharusan bagi siapapun tiap orang Indonesia 🙂 baik dalam rangka studi, maupun bekerja (yg penting bukan dalam rangka jalan2/tamasya).
mengapa? karena belajar / bekerja di luar negeri itu bukan hanya hard skill (ilmunya) yg dilatih, tapi yg lbh penting adalah soft skill (pola pikir, perasaan, mental, moral, sikap & tingkah laku, dll).
saya pernah beberapa bulan bekerja di Singapura, dalam waktu yg singkat itu (dan bahkan di negara yg tidak jauh), pola pikir saya telah berubah total, mengenai rasialisme, mengenai agama, mengenai spiritualitas, mengenai pertemanan, mengenai bekerja, mengenai hidup)
tapi semua sangat tergantung individu ybs., kl ybs tau bersyukur atas kesempatan yg diberikan Tuhan, maka kemungkinan besar ia akan berhasil 2-2nya, hard skill & soft skill 🙂
Sementara sekian dulu Naila, smg ga jd tambah binun 🙂
Golden section pada logo, Bgmn desainer merefleksikan makna/filosofi logo dr bentuk & warna?
Ravly Herdian
Thu, Dec 5, 2013 at 8:52 PM
halo pak
apa kabar 😀
ada beberapa pertanyaan dari saya seputar dunia logo
mohon bimbingannya ya pak 😀
1. bagaimana menerapkan golden section sebagai struktur logo, seperti yang diterapkan logo apple ataupun twitter ?
2. seperti apasih, seorang desainer logo mempresentasikan makna/filosofi logo yang ia buat, dari segi bentuk dan warna ? kalo bisa, kasih beberapa contoh ya pak 😀
untuk saat ini hanya itu yang mau saya tanyakan, terima kasih sebelumnya 😀
Surianto Rustan
Wed, Dec 11, 2013 at 8:36 AM
Halo Mas, maaf baru bisa jawab sekarang:
1. golden section lebih banyak digunakan dalam spatial organisation, atau istilah lainnya: layout sebuah bidang. jadi lebih banyak diterapkan dalam bidang desain grafis yang sifatnya editorial, bukan identitas seperti logo.
apabila diterapkan dalam sebuah logo ini kurang lazim, bilapun ada yang menerapkannya, ini bukanlah sebuah penerapan yang dikenal secara umum. golden section diterapkan dalam sebuah logo bukanlah suatu keharusan.
saya sendiri tidak mendalami hal ini, karena kurang lazim diterapkan dalam identitas, namun lebih banyak dalam layout.
kalau dalam layout, banyak sekali contoh penerapan golden section, di web pun banyak sekali contoh2 yang bisa kita dapatkan:
ini beberapa contohnya:
http://www.creativebloq.com/design/designers-guide-golden-ratio-12121546
di blog tsb juga diterangkan logo skype yg memakai golden ratio, yang tadi sy sebutkan tidak umum digunakan tsb.
http://www.thegridsystem.org/tags/golden-section/
2. secara singkat, elemen2 desain adalah modal desainer utk memasukkan makna2 / filosofi perusahaan / produknya: poin, garis, bidang, bentuk, warna, huruf, dll.bisa dimanipulasi untuk mencerminkan makna tertentu.
untuk lebih lengkapnya, silahkan mampir ke web2 berikut, yang sudah menjelaskannya secara komprehensif beserta contoh2nya:
http://flernk.blogspot.com/2006/07/philosophy-of-logo-design.html
http://www.webdesignerdepot.com/2012/10/the-hidden-meaning-behind-really-good-logos/
http://stocklogos.com/topic/fantastic-logos-hidden-meaning
ini sejauh yang saya ketahui, mudah2an bermanfaat.
salam suxes!
Wayfinding hrs sesuai dg citra perusahaannya? Knp desain wayfinding di Indonesia cenderung bergaya barat? Apa gaya barat lbh unggul dri gaya Indonesia? Stasiun Beos yg bergaya artdeco pakai wayfinding yg minimalis, apa cocok?
Hardy Nurvianto
Wed, Dec 11, 2013 at 2:07 AM
langsung aja ya pak ke pertanyaannya.
1. Apakah desain wayfinding harus sesuai dengan citra perusahaan atau citra bangunan tersebut (landmark)?
2. Bagaimana desain wayfinding yang baik?
3. Kenapa gaya desain wayfinding di Indonesia cenderung bergaya barat? Apakah daya tarik style barat lebih unggul dibandingkan style Indonesia?
segitu dulu pak 😀
ditunggu jawabannya, terimakasih 🙂
Surianto Rustan
Wed, Dec 11, 2013 at 9:04 AM
1. ya, supaya kepribadian si entitas (bangunan / perusahaannya) tetap tersampaikan di pelbagai media termasuk signage, dll.
selain itu apabila sistem desainnya semua terintegrasi (satu nuansa), maka dapat membuat efek: unity dan profesional.
2. untuk menjawab pertanyaan ini sangat panjang sekali 🙂 ada baiknya Anda mencari ebook berikut ini:
the wayfinding handbook – david gibson
dan pelajari web ini:
http://www.segd.org/home/index.html di web tsb
bisa di donlot file pdf yang sangat berguna utk medapat pengertian wayfinding itu apa.
3. bukan hanya wayfinding yang gaya barat, tapi hampir seluruh desain kita juga bergaya barat. ini juga tidak bisa disalahkan, ada bbrp faktor penyebab:
– ilmunya dari sana (studi desain yg diadopsi di Indonesia itu berasal dari Bauhaus – Jerman)
– media TV, iklan, dll di mana2 mendidik kita tentang estetika barat, termasuk desain.
– pertanyaannya saya balik: apakah ada style Indonesia? yang ada ialah style suku2 tertentu, karena indonesia adalah super heterogen.
hingga kini tidak seorangpun baik itu desainer, filsuf, dll yang bilang ada ‘gaya Indonesia’.
suku tertentu pun style-nya harus ditilik lagi, apakah asli daerah tersebut? bukan pengaruh Arab? Persia? Cina? Portugis? Secara Indonesia sejak jaman dulu merupakan daerah perdagangan shg terdapat banyak percampuran budaya.
demikian sejauh pengetahuan saya yg terbatas,
salam suxes!
Hardy Nurvianto
Wed, Dec 11, 2013 at 1:05 PM
Misalnya wayfinding di stasiun Jakarta Kota memiliki style minimalis, tetapi gaya bangunan stasiun tersebut adalah art deco, apakah wayfinding tersebut kurang cocok?
Surianto Rustan
Wed, Dec 11, 2013 at 1:37 PM
wah kalau penjelasannya verbal sangat sulit untuk menggambarkan seperti apa.
istilah minimalis. istilah ini sudah sangat umum digunakan orang, hingga menjadi jargon yg bisa menggambarkan apapun, tidak unik.
minimalis yang seperti apa? visualisasinya bagaimana? setelah melihat visualnya, mungkin baru kita dapat memberi komentar atas apa yg dimaksud.
kalau gaya bangunan stasiun beos (jakarta kota) yang art deco, kita bisa mengerti, karena desainnya yang unik.
nah, untuk menilai kecocokan antara gaya minimalis yg Anda maksud dengan artdeco stasiun beos, perlu ada visualisasi keduanya yang didampingkan. minimal ada sample visualisasi ‘minimalis’ yg Anda maksudkan.