Archive for the ‘cara’ Tag
Metode mendesain maskot
Submitted on 2013/03/18 at 10:25 am
selamat siang pa Surianto…oh iya pa..aku ada tugas dari dosen…di suru buat maskot…untuk metode perancangan maskot sendiri.langkah-langkah apa saja yg harus di lakukan..terimakasih banyak sebelumnnya pa…
____________________
Submitted on 2013/03/18 at 4:51 pm | In reply to sukri.
Halo Mas Sukri,
Sebelumnya saya minta ijin dulu untuk memindahkan percakapan kita ini ke surianto.wordpress.com, krn klinikdesain.wordpress.com mau saya hapus.
Menjawab pertanyaan tentang metode membuat maskot,
pada dasarnya mendesain apapun, apakah itu logo, iklan, maskot, dll. metodenya sama saja:
1. riset
2. strategi
3. mendesain visual
riset paling mudah pakai 6W1H:
what: untuk keperluan apa maskot ini dibuat?
why: mengapa?
who: siapa / pihak mana yg diwakili oleh maskot tsb?
whom: untuk siapa? (target audiens)
when: kapan?
where: di mana?
how: bagaimana maskot yg diinginkan?
stlh pertanyaan riset terjawab, maka dicari strateginya, misalnya target audiens adalah anak2 SD, maka mungkin menggunakan bentuk2 yang akrab dengan mereka, misalnya bulat2, atau mirip tokoh yg mereka idolakan, dll., di strategi ini ditentukan tdk cuma visual: bentuk, tinggi, ukuran, style / gaya, tp juga suara, tingkah laku, dll.
Setelah dapat strategi, maka bisa ulai mendesain visualnya: mimik wajah, bentuk tubuh, pakaian, warna, tipografi, dll.
Demikian yang saya ketahui, Mas Sukri, mudah2an bisa membantu.
Desainer bekerja tergantung mood atau tidak?
Ivan Reynaldy Syaputra
selamat malam pak. saya mau tanya. apakah hasil kerja desainer itu tergantung dari mood pada saat mengerjakan?
Surianto Rustan
December 22, 2011
halo, ini saya jawab sepengetahuan saya: namanya juga manusia tentunya kadang dipengaruhi mood, namun desainer yg profesional biasanya dapat mengatasi hal itu. analoginya seperti penyanyi profesional katakanlah Rosa, Yuni Shara, atau siapalah, walaupun mereka punya masalah besar dalam kehidupannya, namun coba lihat begitu tampil, mereka curahkan 100% dirinya di atas panggung, tampil total apapun keadaannya. desainer yg profesional juga sepantasnya demikian.
Ivan Reynaldy Syaputra
December 22, 2011
dan dengan cara apa desainer mengatasi hal itu?
Surianto Rustan
December 22, 2011
dengan selalu sadar diri: saya sedang apa sekarang. tidak hanya berpikir sejauh menyelesaikan pekerjaan pokoknya beres, tapi saya ini sekarang sedang memupuk personal branding: saya dan karya saya nanti dilihat orang, dan melalui karya tsb diri saya akan dinilai orang.
Ivan Reynaldy Syaputra
December 22, 2011
waoww.. penjelasan yang sangat masuk akal, terima kasih atas penjelasannya bapak .
saya anggap itu sebagai motivasi saya dlm berkarya [:)]
Surianto Rustan
December 22, 2011
sip Mas Ivan, smg makin semangat mendesain, saya tunggu karya2nya [:)]
Tips-tips cari Ide
Wendy Wahyu
Selamat Siang Pak Rustan
Surianto Rustan
February 1
halo
Wendy Wahyu
February 1
bisa mengganggu sebentar?
Surianto Rustan
February 1
silahkan banget [:)]
Wendy Wahyu
February 1
begini Pak,
Saya mau tanya tentang pencarian ide
selama ini saat akan meng-konsep sebuah “karya” Saya selalu terkendala dalam sebuah ide
Surianto Rustan
February 1
trus? apa yg kamu lakukan utk mengatasinya
Wendy Wahyu
February 1
biasanya, Saya browsing di website yang menampilkan karya-karya desainer luar negeri
tetapi kendala yang ada,
kemudian Saya malah mendapatkan hasil saya mirip dengan desain tersebut
walaupun produknya berbeda (contohnya :Saya lihat dari poster lalu saya aplikasikan ke t-shirt)
Surianto Rustan
February 1
i c
ada lagi?
Wendy Wahyu
February 1
selama ini untuk pencarian ide Saya masih melakukan hal tersebut
Surianto Rustan
February 1
ok begini,
eits, masih ada?
Wendy Wahyu
February 1
sementara itu dulu pak
Surianto Rustan
February 1
jadi begini, seturut pengalaman saya, ada 2 macam cara mendapatkan ide spy cepat keluar.
1. jalur formal
2. jalur informal
Wendy Wahyu
February 1
ya Pak
Surianto Rustan
February 1
1. cara formal ini yg mungkin telah kamu lakukan selama ini cari referensi di internet, jangan lupa juga baca buku, nonton film, dengar musik yg banyak, dll. namun semua itu dilakukan jangan pas ada kerjaan saja, tapi di waktu2 luang terus harus dilakukan sampai eneg dan mual :))) alasannya? otak kita perlu asupan data yg super banyak, jadi ga cuma dilihat2 saja, tapi juga dikulik, dimengerti, dipahami, oh elemnnya terdiri dari ini dan itu, oh dia pake jenis huruf dekorati, oh halaman ini pake palette warna ini, dll. jadi banyak data di otak. selain itu data tersebut tidak hanya visual, tapi juga rangsangan audial, verbal, experiential (pengalaman / mengalami), perabaan, penciuman, dll. jadi sering2lah ke pameran, pertunjukan, seminar, workshop, wayang, gamelan, band yg disukai, dll. semua indera harus dirangsang, agar data yg masuk lancar ke otak bukan hanya data visual.
Surianto Rustan
February 1
masih di jalur formal: belajar ilmu desainnya sendiri lebih dalam lagi, gali lagi, eksplorasi, bikin alternatif desain sampai puluhan, kalau perlu ratusan, pakai jenis huruf yang berbeda2 setiap kali mendesain, belajar memadukan warna dari buku2 & website, pelajari di dalam ilmunya sendiri. apa itu gestals, apa itu semiotic, apa saja prinsip2 desain dan aplikasinya. karena kadang2 ide muncul dengan penggalian ini, misalnya oh, ternyata saya bisa mendesain dengan pakai point saja, oh ternyata pakai line saja juga bisa bagus, jadi itu dimaksimalkan dulu. unsur2 dasar dan prinsip2 dasarnya.
Wendy Wahyu
February 1
untuk yang jalur informal, Pak?
Surianto Rustan
February 1
saya tambahkan sedikit yg jalur formal: melakukan brainstorming, mindmapping verbal, dan visual, sketching, bikin moodboard dari images2 dll, juga membantu.
nah sekarang jalur non formal: ada berbagai macam, tapi kemungkinan intinya satu: justru kebalikan dengan jalur formal, kita membebaskan diri dari segala data. caranya: jalan2 ke taman, naik gunung, pergi ke tempat yg disukai, atau ke tempat yg belum dikunjungi sebelumnya, dan melakukan yg belum pernah dilakukan sebelumnya. lupakan bhw saya harus cari ide. ada org yg keluar sebentar lalu merokok, itu sebetulnya keluar sejenak dari rutinitas. mengosongkan pikiran.
Surianto Rustan
February 1
ingatkah saat mandi atau saat buang air, kita kadang2 jadi teringat sesuatu yg harus dikerjakan, atau ketemu ide cemerlang yg tak terduga. saat mandi dan buang air itu, semua kerja fisik otomatis, meninggalkan pikiran yang bebas. itu lah saat yg kadang digunakan orang utk cari ide.
Surianto Rustan
February 1
ada lagi waktu di mana antara tidur dan bangun, jadi sebelum tidur pulas, atau sebelum betul2 bangun tidur, itu biasa saya gunakan utk memikirkan hal2 yg masih menggantung belum ada pemecahannya, dan seringkali ide2 bagus muncul di saat2 itu. mungkin bisa dijadikan ritual sehingga ide bagus selalu datang [:)] sampai saat ini saya masih melakukannya.
Surianto Rustan
February 1
nah, apabila semua cara itu ditempuh: belajar rajin, mendalami, eksplorasi, banyak baca, lihat, dengar, nonton, mengalami, dll maka niscaya inspirasi itu datang.
tapi amat sangat baik, apabila kita kembali lagi ke yang hakiki: tahu siapa klien, tahu siapa audiencenya, tahu tujuan proyek desain tsb, krn kerja keras kita mendesain untuk mencari solusi2 berdasarkan hal2 tsb, bukan semata2 keinginan aktualisasi diri saja, atau mementingkan ego. itulah desain, bukan sekadar hiasan atau karya seni murni tanpa campur tangan fungsi. dengan penyadaran ini maka hidup jadi berimbang, tapi tetap ‘nakal’ dan ‘jahil’.
Surianto Rustan
February 1
begitu saya rasa
btw saya harus berangkat sekarang, kalau ada lagi silahkan di msg saja, nanti pasti saya balas. dan saya minta ijin utk mengupload obrolan kita ini di blog boleh?
Wendy Wahyu
February 1
Maaf Pak, tadi jaringan internetnya down.
Boleh saja Pak, silakan [:)]
Menghadapi Klien
Ircuz Pastrana
oke, boleh panggil aku prazz aja,, hehe. biar lebih akrab,, hehe,, eh ngomong” ni lagi sibuk gak pak ? mau sharing” ni .. tentang client.. [:)]
Surianto Rustan
January 22
silahkan Mas Praz
Ircuz Pastrana
January 22
gini pak, selaku junior, apa kedepan nya aku harus menerima client yg ngerti atau paham dan mau mengerti tentang apa itu hak, kewajiban dan lain” tentang desainer grafis, stelah aku jabarkan atau mengkasih 3 artikel yg judulnya kalo gk slah BUKA MATA di site nya DGI.. atau mungkin aku juga boleh menerima client yg gak mau tau tentang itu semua.. ” ah saya gak perlu tau detail tentang itu semua,, yg penting desenin yg bagus,, konsep dan bla bla bla ,, gak perlu ,, tapi harga nya jangan mahal2” ketika aku menerima client yg gak mau tau tentang DG ini, apakah secara gak langung ikut serta memperkembangkan pemikiran masyarakat yg slah kaprah tentang DG. tp aku juga butuh menambah porto, dan juga ngenyangin perut,, melihat di indonesia ato d surabaya (krna aku tinggal di sby) yg sudah terpecah mnjadi 2 , yaitu pemikir dessain dan tukang desain, karna aku pengen nanti nya jadi desainer yg PRO. pemikir desain.bukan ” TUKANG ”. mohon penjelasannya dari bapak ?
Surianto Rustan
January 22
Pertama2 saya salut dg sikap kritisnya Mas.
Begini, kalau kita cuma mau dengan klien yg mengerti & menghargai desain, bisa2 ga pernah dapat kerjaan. masalahnya bukan di kliennya, tapi di kitanya. karena kita terlalu berpihak pada diri sendiri, menganggap orang lain harus mengerti kita. saya sarankan ubah 180% pemikiran seperti itu.
desainer grafis itu konsultan, bukan operator. sbg konsultan hukumnya harus pertama2 bisa menempatkan diri sebagai klien, mendengarkan, mengerti jalan pikirannya, dan berbicara dengan bahasa mereka
kedua: menyambung kita sbg konsultan yg hrs mengerti klien, jadi yg perlu dipelajari oleh desainer sama sekali bukan ilmu desainnya saja, tapi ilmu mendengarkan, dan berkomunikasi dengan baik pada klien. ini semua utk memperlihatkan pada mereka bhw “oh desainer itu sopan2 & wawasannya luas, dll” > citra positif. ini adalah misi & tanggung jawab moral kita: mengedukasi masyarakat (trmsk klien) tentang apa itu desain & siapa itu desainer.
Surianto Rustan
January 22
tiga: hampir semua klien yg saya temui punya pemikiran yg barusan Mas sebutkan semua: mau cepat, desain bagus, murah. itu semua wajar saja, krn mereka belum kenal siapa kita & apa itiu desain. ok, sekarang tunjuk balik diri saya sendiri, apa saya tau betul apa itu desain grafis? siapakah saya yg disebut desainer grafis ini? nah sebelum edukasi mereka, sepertinya kita hrs didik diri kita sendiri dulu. belajar yg banyak, cari wawasan seluas2nya, bergaul dengan desainer lain, dll.
Ircuz Pastrana
January 22
oo.. gitu ya pak, jadi aku boleh menerima klien yg sperti apa saja ya. dan yg paling utama aku sendiri harus mempunyai patokan ato pondasi, harus mengerti ilmu mendengarkan dan berkomunikasi dengan baik pada klien. terus bagaimana aku mensikapi klien” yg tidak mau tau tentang desain grafis, dan menganggap desain itu ya gitu” aja, hanya software dan selera, dan berlaku se.enak nya sendiri terhadap desainer grafis ?
Surianto Rustan
January 22
portfolio, uang, pengalaman, network, dll, itu semua adalah penghargaan2 yg akan kita terima kalau kita berprestasi, tapi sebelum itu seharusnya saya bertanya pada diri saya: standar kualitas saya bagaimana? sekali lagi bukan hanya di ilmu desain, tapi juga kemampuan introspeksi, kemampuan mendengarkan & berbicara, pemikiran bisnis, manajemen, dll.
itu dulu.
penghargaan2 psti akan menyusul belakangan.
bagi yg masih baru di industri ini, silahkan terima klien siapa saja tanpa terlalu melihat gaji, krn profit yg dibutuhkan bukan uang, melainkan: pengalaman, network, kepercayaan orang, portfolio, dll.
tapi bagi yang sudah kerja lama sbg desainer, sudah punya branding, pengalaman, network, dll. seharusnya harganya pun makin mahal, krn kualitasnya mungkin sudah jauh lebih baik dr pd seorang pemula.
Surianto Rustan
January 22
di belahan dunia manapun, kalau kita perhatikan, top designer adalah seorang yg ahli secara tukang, sekaligus seorang pemikir yg ulung. sebaiknya kita sendiri tidak ikut2an arus negatif, termasuk adanya jenis2 desainer, dll, kita harus ‘autis’. kalau tujuannya mau jadi desainer top, ya harus peka segalanya, belajar segalanya, sangat rendah hati & merasa kurang terus.
Ircuz Pastrana
January 22
ooo.. oke” ya ya ya.. aku baru mendapatkan jawaban yg pas untuk masalah ini, sebelumnya aku pernah menanyakan pada teman” senior dan di forum diskusi, jwaban nya kurang kuat. terima kasih pak surya. jawabannya sangat bermanfaat.
Surianto Rustan
January 22
halo Mas Pras, mohon maaf, tadi off sebentar
kalau boleh saya lanjutkan:
Ircuz Pastrana
January 22
ya pak gak pa” ..santai saja..
Surianto Rustan
January 22
yg saya maxud tukang disini adalah ahli soal craft-nya, keindahan, warna, huruf, detail, segala aspek dalam membuat desain tsb.
lagipula semua orang harus mulai dari nol. arsitek ternama harus belajar jadi kuli bangunan dulu, sutradara terkenal hrs mahir megangin lampu dulu, penulis terkenal waktu kecilnya harus belajar mengeja kata2 dulu. semua hrs bersakit2 dahulu, sedikti2 lama2 menjadi bukit, hukum ini berlaku pada tiap orang tanpa kecuali. yg instan cuma indomie dan cerita sinetron!
Ircuz Pastrana
January 22
oo.. iya ya,, jadi bukan ” tukang ” yag maen ceplak ceplok gambar dan huruf.. mungkin hard skill nya ya pak.. baru setelah itu soft skill .. komunikasi,
tapi bagaimana pak surya mensikapi klien” yg belum mengenal desain ? dan siapa itu desainer grafis ?
Surianto Rustan
January 22
menghadapi klien yg tidak menghargai, yah kita tidak tau masa lalu klien itu gimana. coba pikir, yg pasti mereka bukan desainer, mungkin mereka tidak lulus sd (byk org ga lulus sd tp jd jutawan), mungkin mereka dulu disixa ortunya shg sekarang mau menyixa kita [:)] dll, tapi itu semua seharusnya bukan dijadikan alasan mereka harus mengerti kita, justru kitanya yg harus sangat maklum & sabar, untuk itu kitanya harus menggali ilmu2 tadi itu: mendengarkan & berbicara. sudah banyak bukti bahwa dengan komunikasi yg sopan, sabar & baik, klien justru jadi tunduk sama kita.
Ircuz Pastrana
January 22
oalah.. jadi gitu ya mensikapinya ,, brarti desainer grafis itu profesi yag mnurut ku sangat bagus ya,, sealin dengan kelebihan” nya juga harus baik di karakteristiknya.
Surianto Rustan
January 22
tapi ya memang ada beberapa special case, dimana klien tsb sangat kepala batu walaupun sudah berhubungan lama dengan kita dan diberi penjelasan dengan sabar. untuk yg begini dia saya kasih harga khusus. bukan diskon, tapi sebaliknya: saya tinggikan harganya, jadi kalau dia mau syukur (saya masukkan dalam biaya sakit hati saya), kalau dia tidak mau ya sudah, masih banyak klien lain koq, tenang saja [:)]
Ircuz Pastrana
January 23
haha.. iya pak sabar ada batasnya.. kita harus tegas.
tapi bgini pak . bagaimana kalau aku tahu aku mendapat klien yg bagus kedepannya.. dari segi karakteristiknya mau tau tentang desain dan desainer grafis, dan juga kepengen dibuatin karya desain yang bener2 ” berat/berbobot ”. apakah aku akan memberikan semuanya langsung pada saat itu juga , atau aku aku putus” supaya aku masih bisa berhubungan lama dengannya ? kalo misal aku berikan semuanya langsung setelah itu apa. ya sudah habis.. ini lebih ke corporate identity pak ,, mungkin bisa memberi penjelasannya ?
Surianto Rustan
January 23
yg diberikan semuanya itu apa ya maxudnya? desainnya? ide2nya?
Ircuz Pastrana
January 23
iya.. ya mulai dari desainnya idenya semuanya ..apa juga perlu di beri step” nya .. yg padahal itu bisa saja diberi pada saat itu juga. supaya bisa berhubungan terus karna mendapat klien yg cocok.
Surianto Rustan
January 23
utk mendapat kepercayaan klien, kita harus tulus. itu kuncinya. tapi juga kita harus pintar, jgn sampai dimanfaatkan, krn itu saya tidak pernah mengirimkan desain hi-res pada klien, semua lo-res, sedangkan ide, sketsa, dll tidak pernah tertulis, tapi lisan atau dipresentasikan lewat powerpoint.
ide2 brilian kita harus dipresentasikan, supaya klien yakin & berpikir: “saya tidak cuma2 membayar orang ini”. begitu kita sudah dapat kepercayaannya, juga jangan lalu bermalas2an, ketulusan hati harus tetap dijaga sampai akhir kerjasama, harapannya utk dapat projek2 selanjutnya. berpikirlah jangka panjang.
Ircuz Pastrana
January 23
oo.. begitu ya,, wah aku belajar banyak sekali hari ini sama pak surianto rustan. terima kasih banyak pak. mungkin lain waktu aku bisa sharing” lagi sama bapak. jangan kapok ya pak .. hehe [:)]
seorang junior butuh banget belajar dari senior, supaya kelak bisa seperti seniornya. tq pak.
Surianto Rustan
January 23
hahaha saya sendiri juga masih belajar koq, baik kalau kita sama2 belajar, nanti kalau saya ada yg tidak tahu, saya tanya kamu juga ya
Surianto Rustan
January 23
Mas Praz, apa boleh percakapan kita ini saya upload ke blog, spy byk teman2 yg lain bisa belajar juga dari sini?
Ircuz Pastrana
January 23
hahaha, sama2 belajar pak, siap2.. sebisa mungkin saya bantu jawab.
oh, silakan pak dengan senang hati.
Tentang proses produksi desain
Nur Humaira Albar
bapak..sa mau ada pertanyaan nih pak..hihi..buat tgs klompok pak..adu maav ya pak dadakan..hihihi..biasa pak ttg production,yg kertas,binding sm finishing pak..hihi..jwb sebisa bpk sajo..hohoho..bapak kan jagooo..hihihi
Nur Humaira Albar
November 7, 2011
1.Kapan kertas,binding,finishing mulai masuk ke Indonesia?
2.Bagaimana perkembangan proses produksi di indo?
3.Peran dari proses produksi?
4.Apa factor yang membuat kertas,binding, dan finishing itu relative mahal?
5.Peranan proses produksi itu sendiri apakah cukup penting utk mahasiswa?
6.Apakah Semua jenis kertas,binding,maupun finishing lengkap di Indonesia?
Surianto Rustan
November 8, 2011
Mai, ini jawaban gw:
1 & 2 bisa diliat di link ini: http://dgi-indonesia.com/garis-waktu-desain-grafis-indonesia-1/
3. peran proses produksi, ya ampiuuunnn.. masa kaga tau? kalo elo misalnye bikin flier, kalo kaga diproduksi ya tu desain masi di komputer doank atuh. jadi peran produksi itu ya untuk mengkongkritkan ide2 kita yang abstrak (di pikiran) ataupun yang masih virtual (di komputer)
4. kertas susah bikinnya & pake bahan dasar kayu yg makin langka, binding & finishing itu mahal krn dikserjakan manual, pake tenaga manusia bukan mesin, finishing yg pake mesinpun (misalnya efek2 cetak spt emboss, UV, dll.) kudu bikin plat/film lagi, belom bahan plastiknya utk UV & mesin press buat emboss.
5. ya iyalah, supaya hasil produksinya nanti sama / mendekati dengan yang didesain.
6. kaga.
demikian Mai, smg berguna.
Nur Humaira Albar
November 8, 2011
waahhh si bapak bae deh..hahahaa..kami sekelompok turut berterima kasih atas jwban bpk..hahah..berguna bgt ini pak,abs buat laporan uts..hahaha..mksh ya pak [:)]
Surianto Rustan
November 9, 2011
sip dah, makasih kembali :)smg lancar tugasnya
Nur Humaira Albar
December 5, 2011
bapak,hihi aku mau nanya dong pak..buat skripsi aku..hehe..biar kuat ni alasannya..hoho..yang harus diperhatiin pas kita ngedesain itu apa ajah ya pak?biar afdol gtu klo bapak yg jwb..hihi..gapapa kok klo bpk cmn ksh point2ny ajah,jd ntr aku cari gtuu buat penjelasanny..hehe,asal ntr ada kutipan nama bapak pas aku tulis yg teori konsep ny..hehe
Surianto Rustan
December 6, 2011
intinya sih menggunakan tahapan kerja yg benar, disederhanakan menjadi 3 tahap: riset dulu, lalu cari strategi, baru kemudian mendesain visual.
Bagaimana cara membuat desain yang catchy?
Aditya Fauzi
makasih bang udah di acc…
moga saya bisa belajar tentang design dari abang, dan karya karya abang…
Surianto Rustan
sam2.. silahkan kalau mau tanya2, saya akan jawab sebisa saya
Aditya Fauzi
bang cara bikin design yang bisa catchy dan berkesan ke orang gimana ya?
soalnya saya sering buat design, dan sering juga di tolak design nya…
Surianto Rustan
tergantung. mao bikin desain apa sekadar dekorasi / hiasan? kalo desain itu pemecahan masalah. kalo hiasan itu sekadar tampak bagus secara penampilan visual.
kalo pemecahan masalah berarti ada proses: 1. liat dulu apa masalahnya, 2. cari pemecahannya.
lihat permasalahannya antara lain: siapa target audience-nya? siapa kliennya? siapa pesaingnya? apa produknya? apa yg klien ingin sampaikan ke audience? dll
setelah permasalahannya, baru cari pemecahannya: bikin kesimpulan permasalahan dlm bentuk creative brief, brainstorming kata2 kunci, baru sketching, terakhir baru rapihin di komputer.
nah, kalo belom apa2 sdh mulai di komputer, biasanya sih alamat ditolak.
Aditya Fauzi
aaa….
bener banget bang, saya biasanya langsung buat aja di komputer…
karena belum tau, seharusnya dalam design ada survey dulu “pasar”-nya….
biasanya kalau dalam design untuk suatu instansi, yang saya harus cek itu instansi- nya secara umum, atau nurut dengan apa yang client inginkan?
Surianto Rustan
segala pengetahuan tentang ‘masalah’nya itu hrs didapat dari data2 yg valid, interview ke si kliennya tentu tetap hrs dilakukan tapi itu dipakai sebagai referensi saja, bukan yg utama, informasi lainnya didapat dari interview target audience, staf & karyawan perusahaan itu, polling ke masyarakat umum, dll. jadi nantinya didapat data2 yg jujur, bukan pemikiran klien yg biasanya dilebih2kan (terutama soal kehebatan perusahaan / produknya)
Aditya Fauzi
oh iya bener bener bang, biasanya gitu perusahaan memberikan “bumbu” yang berlebihan untuk pencitraan perusahaan nya…
untuk sekarang si saya bingung mau nanya apa lagi, tapi nanti boleh saya bertanya, ato apalagi gitu bang..
tentang design, dan hal yang lain..
boleh saya hubungi via pesan fb lagi?
Surianto Rustan
silahkan Mas, lewat fb message memang paling enak, atau boleh juga ke email saya: rustangrafis@gmail.com
btw apa boleh obrolan kita saya upload ke blog? supaya teman2 yg lain bisa belajar juga
Aditya Fauzi
boleh boleh bang…
dengan senang hati, oh iya bang..
bisa minta alamat blog nya juga?
Surianto Rustan
surianto.wordpress.com, silahkan lihat2, di situ sudah banyak obrolan yg saya upload, mudah2an berguna
Aditya Fauzi
okay… makasih bang obrolan nya…
obrolan nya berguna nih..
Surianto Rustan
sam2
smg sxs sll
Logo Selera Klien
Selamat malam Pak Rustan,
Nama saya Darwin, saya adalah salah satu mahasiswa UPH yang mengambil jurusan TC (Teachers College). Mungkin bapak pernah mendengar mengenai jurusan ini. Saya ingin berterima kasih kepada Bapak, karena melalui buku kedua Bapak – “Mendesain Logo”, saya menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya pribadi dalam dunia desain, terutama logo.
Iseng-iseng untuk freelance di Deviantart membuat saya masuk dalam dunia yang sangat jauh dengan jurusan yang sedang saya ambil. Saya sangat menikmati proses dimana – sambil belajar cari duit – ini sampai saya sampai dalam satu titik dimana mulai memikirkan desain lebih secara filosofis, bukan hanya praktek belaka. Membaca buku Bapak (terutama di hal -2, -1, 36-40, 116-117) akhirnya mengoyak mata saya sehingga saya dapat melihat bahwa apa yang saya lakukan cukup “ecek-ecek”. Bahkan ide yang saya dapatkan bahwa “Bisa software belum tentu bisa design “- membuat saya lebih banyak belajar.
Meski demikian, dunia desain tetap menjadi misteri bagi saya pribadi. Dan saya sangat menyukainya dan semakin termotivasi untuk lebih banyak belajar. Buku Bapak menjadi batu loncatan bagi saya untuk memahami banyak buku-buku tentang logo di Oentoro sana. Kembali saya mengucapkan terima kasih untuk hal tersebut.
Saya memiliki passion yang sangat besar untuk belajar serius tetapi saya belum memiliki sarana dan wadah yang dapat mendukung saya. Banyak sekali pemikiran-pemikiran yang tidak dapat saya akomodir kepada tujuan yang tepat. Jujur, saya rindu sekali untuk dapat mensharingkan hal-hal tersebut kepada Bapak (i wish we can meet someday). Saya memiliki beberapa pertanyaan:
1. Beberapa saat yang lalu saya diminta untuk membuat logo untuk sebuah Lembaga Bimbingan Belajar. Saya menerapkan “wejangan” yang bapak tuliskan dalam buku Bapak. Hasil final saya memiliki 2 kategori besar logo. Saya lebih menyukai salah satu kategori karena memiliki aspek fleksibilitas dan konsistensi yang cukup tinggi. Sayangnya owner dari lembaga yang baru berdiri ini memilih logo lainnya. Saya merasa agak kecewa. Apakah benar bagi seorang desainer jika ia lebih menyukai salah satu draft logonya? (Saya terkadang berpikir ini dikarenakan saya tidak cukup mematangkan konsep logo yang lainnya)
2. Perlukah (dan sehatkah jika) saya untuk memaksakan diri saya agar membuat logo yang modelnya seperti logo Abricos (jika saya mendapatkan tawaran lagi)? Saya terkadang merasa bahwa diri saya ini masih sempit, karena sebagian besar logo saya adalah logo yang modelnya terdiri dari picture mark dan letter mark.
Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih. Saya sangat menghargai respon Bapak atas pertanyaan-pertanyaan diatas.
Salam
Darwin
1. Sah-sah saja apabila seseorang lebih tertarik terhadap sebuah karya yg dibuatnya dibandingkan karya buatannya yg lain, namun perlu diingat bahwa klien juga sangat sayang terhadap lembaga/instansi dimana ia bekerja atau yang ia miliki. Beberapa CEO yang saya kenal menganggap perusahaannya adalah anaknya sendiri. Oleh karena itu dalam memilih tawaran orang lain, ia tidak sembarangan, ia paling kenal anaknya, produk2nya, kebutuhannya, dll. nah ini yg hrs kita pahami, bahwa mungkin desainer paling ahli soal desain, tapi klien paling ahli soal perusahaannya.
2. Apabila kita setuju bahwa syarat logo yang paling utama adalah ‘unik’ – selayaknya wajah manusia yang tidak ada satupun yg sama – maka kita akan sekuat tenaga membuat logo yang lain daripada yang lain. nah, caranya agar bisa demikian adalah banyak lihat, banyak baca, nonton, dll. selain itu sebaiknya membuka diri terhadap sesuatu yg baru, eksplorasi yang belum pernah dijajaki, style baru, warna baru, bentuk2 baru, apapun. agak berbahaya apabila seorang desainer sejak dini sudah berpuas diri dengan style-nya, ini sama saja dengan membangun tembok tinggi di sekeliling dirinya. justru sejak muda sebaiknya jalan2 dulu, karena makin tua kita akan makin malas jalan2 atau tidak kuat lagi 🙂
Demikian,
mohon maaf apabila tidak memuaskan dan ada kata2 yang kurang berkenan yang tidak disengaja.
Surianto.